Dakwah Damai dengan Akhlak

Oleh: Azmi Abubakar

Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, di mana umat Islam diajak untuk memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan memperbanyak amal kebaikan. Salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah melalui dakwah yang damai dan menebar kedamaian dengan akhlak yang baik.   Dakwah di sini bukan sekadar berdiri di atas mimbar, melainkan juga mencerminkan keteladanan seorang mukmin. Seorang beriman harus menjaga adab terhadap dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat.

Dalam beragama, orang beriman mesti menjadi teladan bagi sesama, mulai dari bangun tidur, melaksanakan salat, hingga mengerjakan amalan sunnah seperti membaca Al-Qur’an dan berzikir.   Tidak kalah pentingnya adalah menjaga lisan dari perkataan yang tidak baik. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits riwayat Imam Muslim:

   عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ رِوَايَةً قَال إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ فَإِنْ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ  

Artinya: “Dari Abu Hurairah secara riwayat (menukil dan menceritakan hadits dari Nabi) beliau bersabda, ‘Apabila salah seorang dari kalian di suatu hari sedang berpuasa, maka janganlah dia berkata-kata kotor dan berbuat kebodohan serta sia-sia. Bila dia dicaci oleh orang lain atau diperangi, maka hendaklah dia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya sedang berpuasa.’” 

Mengenai hadits ini, Imam Nawawi menyebutkan dalam Syarah An-Nawawi ‘ala Muslim jilid VIII, halaman 216:

فِيهِ: الْإِشَارَةُ إِلَى حُسْنِ الْمُعَاشَرَةِ، وَإِصْلَاحِ ذَاتِ الْبَيْنِ، وَتَأْلِيفِ الْقُلُوبِ، وَحُسْنِ الِاعْتِذَارِ عِنْدَ سَبَبِه

Artinya, “Di dalam hadits ini terdapat petunjuk agar memperlakukan sesama dengan penuh kebaikan, memperbaiki hubungan antar orang beriman, menyatukan hati, dan meminta maaf dengan baik jika berbuat kesalahan.”  

Akhlak yang mulia adalah senjata ampuh dalam dakwah dan Rasulullah adalah contoh terbaik bagi kita dalam hal ini. Beliau adalah sosok yang penuh kasih sayang, sabar, dan tidak pernah menggunakan kekerasan dalam berdakwah. Sebaliknya, beliau menunjukkan keteladanan yang baik, yang membuat banyak orang tertarik kepada ajaran Islam.   Sebagaimana dijelaskan oleh Safiur Rahman Mubarakfuri dalam kitab Rahiqul Makhtum, bahwa suatu hari seorang Badui kencing di masjid, lalu para sahabat datang untuk menahannya. Rasulullah datang memperlakukan sang Badui dengan penuh kelembutan. Betapa Badui itu jatuh cinta kepada Rasul dan hanya mau mendengar apa yang Rasulullah nasihatkan.  

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT mengingatkan kita untuk berbicara dengan cara yang baik dan bijaksana, sebagaimana disebutkan dalam Surah An-Nahl ayat 125:

  اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ  

Artinya, “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.”  

Ayat ini mengajarkan kita bahwa dakwah tidak harus dilakukan dengan cara yang keras atau memaksa, tetapi harus dengan hikmah, penuh kelembutan, dan tanpa kekerasan. Kita diajarkan untuk memberi contoh yang baik dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam ucapan maupun perbuatan.  

Dari sini, Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan kualitas akhlak kita. Ketika kita menahan lapar dan haus, kita juga dilatih untuk menahan emosi dan nafsu. Dengan menjaga diri dari segala bentuk kekerasan, baik dalam perkataan maupun perbuatan, kita bisa lebih mudah menunjukkan akhlak yang baik, yaitu akhlak yang penuh kasih sayang, menghormati perbedaan, dan memaafkan. Hal ini pula yang Allah ingatkan dalam firman-Nya pada Surah Ali Imran ayat 159:

  فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ  

Artinya, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

Ibnu ‘Asyur dalam kitab Tahrir wa Tanwir memberikan penjelasan kepada kita mengenai ayat ini, betapa Rasulullah memiliki kelembutan agar manusia tertaut hatinya menerima dakwah. Sekiranya Rasul bersikap keras, tentu banyak orang akan berpaling.   Oleh karena itu, mari kita jadikan Ramadhan ini sebagai momentum untuk memperbaiki diri dan menyebarkan kedamaian. Tidak perlu melakukan kekerasan untuk menyampaikan pesan kebaikan. Semoga Ramadhan ini menjadi bulan yang penuh dengan kedamaian dan kebaikan bagi kita semua. Akhir kalam, selamat menjalankan ibadah puasa, semoga kita selalu diberikan kekuatan untuk berdakwah dengan cara yang penuh kasih sayang dan damai. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *