Oleh: Muhammad Nizarullah
Dengarlah kisah yang ku tuturkan
Tentang pemuda di masa silam
Di kota Batavia yang kelam
Mereka berkumpul membangun impian
Dua puluh delapan Oktober berbilang
Tahun seribu sembilan dua delapan
Di gedung putih penuh kenangan
Jong Java, Jong Sumatra bersatu perlahan
“Satu Nusa!” mereka berteriak
“Satu Bangsa!” suara membahana
“Satu Bahasa!” tekad membara
Di ruang sempit penuh keringat
Soegondo dengan suara bergetar
Membacakan ikrar yang bersejarah
Sementara Wage Rudolf Soepratman
Menggenggam biola penuh keberanian
Indonesia Raya mengalun lembut
Di tengah ancaman penjajah bengis
Namun tak ada rasa gentar di dada
Para pemuda tetap tegak berdiri
Muhammad Yamin sang pujangga muda
Menulis syair pengobar semangat
Bersama Amir Sjarifuddin yang gagah
Menyusun strategi melawan penjaga
Polisi kolonial mengawasi tajam
Mencari celah untuk membubarkan
Tapi semangat tak bisa dipadamkan
Sumpah telah terpatri dalam jiwa
Waktu berlalu, detik menggema
Menyulam kenangan dalam benang masa
Mimpi pemuda kini terpatri
Dalam dunia penuh paradoks dan teka-teki
Suara-suara asing menggelegar
Merangkum kisah tanpa aksara
Melukiskan rasa yang tak bisa tercuat
Dunia maya jadi bergetar
Perjuangan itu harus tetap mekar
Di sudut-sudut jalan harus tetap terkapar
Menghiasi trotoar
Pemuda berkelakar.