“Ya Allah, Engkaulah andalanku dalam setiap bencana dan Engkaulah harapanku dalam setiap derita.”
(Doa Imam Husain AS. di hari Asyura)
Asyura, yang jatuh pada tanggal 10 Muharram dalam kalender Hijriah, merupakan hari yang memiliki makna mendalam bagi umat Islam di seluruh dunia. Kata “Asyura” berasal dari bahasa Arab yang berarti “kesepuluh”, merujuk pada hari ke-10 bulan Muharram. Terdapat 12 peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari Asyura. Salah satu peristiwa penting dan dianggap sebagai titik awal perpecahan Islam Sunni dan Syiah adalah peristiwa di Karbala. Konflik berdarah yang terjadi antara kelompok Yazid bin Muawiyah dan Husain bin Ali merupakan warisan dari pemerintah sebelumnya, Gubernur Damaskus, Muawiyah bin Abi Sufyan dan Ali bin Abi Thalib.
Awal Perselisihan
Sepeninggalan Rasulullah SAW. tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikannya sebagai pemimpin umat Islam. Secara aklamasi, Khulafaur Rasyidin yang merupakan empat sahabat Nabi bergantian memimpin umat. Ketika Imam Ali memimpin, dianggap tidak amanah karena tidak tuntas menyelesaikan kasus pembunuhan Khalifah Utsman.
Perselisihan kedua kubu ini belum juga usai hingga Ali bin Abi Thalib dibunuh oleh seorang kelompok Khawarij. Akbitnya, kaum Muslim di Kufah berang akan perilaku tersebut, hingga mereka membaiat Hasan bin Ali sebagai Khalifah selanjutnya. Penandatanganan perjanjian antara Hasan dan Muawwiyah pun berlangsung untuk menghindari perselisihan.
Muawwiyah I dari Bani Umayyah resmi diangkat menjadi Khalifah. Namun, dalam perjanjian itu disebutkan bahwa apabila Muawiyah meninggal lebih dulu, maka kepemimpinan akan diberikan kepada Hasan. Takdir berkata lain, Hasan meninggal lebih dulu karena diracuni. Perjanjian tersebut pun dianggap batal. Muawiyah secara sepihak meminta kepada umat Islam untuk bersumpah setia kepada Yazid.
Tragedi Karbala
Suatu masa, Yazid bin Muawiyah resmi memerintah sebagai khalifah kedua Bani Umayyah. Sebuah posisi yang seharusnya diisi oleh seorang pemimpin yang bertanggung jawab atas keadilan dan kebijakan Islam. Namun, kepemimpinan Yazid tidak hanya dianggap kontroversial tetapi juga dipandang sebagai ancaman serius terhadap nilai-nilai Islam yang sejati.
Imam Husain, cucu Nabi Muhammad SAW, menolak untuk mengakui keabsahan pemerintahan Yazid karena melanggar prinsip-prinsip keadilan dan moralitas dalam Islam. Dia bersikeras untuk melawan tirani dan korupsi yang telah menyebar di bawah kepemimpinan Yazid. Hal ini membawanya ke pertempuran yang dikenal tragedi Karbala.
Imam Husain berangkat dari Madinah menuju Kufah, kota yang telah menjanjikan dukungan kepada beliau dalam perlawanan melawan Yazid. Namun, beliau dikhianati oleh para pemimpin Kufah dan dipaksa berhadapan dengan pasukan besar yang dikirim oleh Yazid. Dalam kondisi yang sulit, beliau memilih untuk menghadapi konsekuensi perjuangannya dengan penuh kesabaran dan keyakinan pada kebenaran.
Pertempuran di Karbala berlangsung selama beberapa hari di tengah kondisi yang sangat sulit bagi Imam Husain dan pengikutnya yang terdiri dari keluarga dan sahabat-sahabat setianya. Haus dan lapar menjadi teman karib Imam Husain dan pengikutnya. Hebatnya, mereka tak kenal kata menyerah untuk mempertahankan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan. Pada hari ke-10 Muharram, tersebutlah hari Asyura, pertempuran mencapai puncaknya dengan syahidnya yang tragis, yang menjadi titik balik dalam sejarah Islam.
Hikmah Peristiwa Asyura
Peristiwa Asyura mengajarkan umat Muslim banyak pembelajaran berharga yang relevan hingga saat ini. Imam Husain dan pengikutnya menunjukkan keteguhan moral yang luar biasa dalam menghadapi tekanan dan ancaman yang besar. Mereka memilih untuk mengorbankan nyawa daripada mengorbankan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan. Pengorbanan yang mereka lakukan tidak hanya terbatas pada kehidupan mereka sendiri tetapi juga melibatkan kesetiaan mereka pada ajaran Islam yang suci. Mereka mengajarkan bahwa pengabdian sejati kepada Tuhan adalah lebih berharga daripada kehidupan dunia.
Peristiwa ini mengilustrasikan pentingnya untuk menentang tirani dan ketidakadilan dalam segala bentuk. Imam Husain mengajarkan bahwa kita harus bersikap tegas dalam menegakkan kebenaran, bahkan jika itu berarti menghadapi kesulitan atau pengorbanan. Asyura tidak hanya relevan bagi umat Islam tetapi juga memiliki pesan universal tentang keadilan, kesetiaan, dan martabat kemanusiaan.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa nilai-nilai ini tidak boleh dikompromikan dalam menghadapi tantangan apapun. Perjuangan Imam Husain bukan hanya sebatas perlawanan fisik melawan musuh, tetapi juga merupakan perjuangan moral untuk mempertahankan nilai-nilai Islam yang murni dan prinsip-prinsip kemanusiaan. Semangat dan keteguhannya dalam menghadapi kesulitan dan tantangan memberikan inspirasi yang tak ternilai bagi umat Muslim dalam menghadapi masa-masa sulit di dunia ini.
Meskipun peristiwa ini penuh dengan penderitaan fisik dan emosional, cerita di balik Asyura menginspirasi berbagai generasi untuk mengeksplorasi nilai-nilai kesabaran, keteguhan, dan pengabdian yang mendalam. Peristiwa Asyura memegang posisi penting dalam sejarah Islam, tidak hanya sebagai peristiwa tragedi, tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan hikmah bagi umat Muslim. Sebagai seorang Muslim, citra negatif terhadap sahabat nabi yang secara spontan muncul dari pikiran, perlu kita singkarkan. Bagaimana tidak, para sahabat sudah menyandang jaminan Surga dari Rasulullah. Berperasangka baik kepada para sahabat adalah jalan yang tepat untuk diambil. Panjang umur husnudzan.[]