Oleh: Mishbahul Munir, S.Hum
Menjadi anak yang baik adalah sebuah cita-cita besar yang merupakan dambaan bagi seluruh orang tua. Anaknya dapat berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Kata singkat itulah yang sering kita dengar yang padanya mengandung makna yang sangat dalam.
Betapa banyak anak-anak yang kelak menjadi orang yang berpengaruh dalam perkembangan bangsa dan agama. Imam Syafi’i misalnya, siapa yang tidak mengenal beliau? Sejak kecil beliau sudah tekun dalam belajar menuntut ilmu yang diawali dengan membaca, menulis, dan menghafal Al-Qur’an, terbukti ketika beliau berusia tujuh tahun dikenal sebagai murid yang sangat cerdas.
Beliau selalu patuh dan taat kepada perintah dan nasihat ibu dan gurunya. Suatu ketika saat beliau sedang melakukan perjalanan ke Madinah bersama rombongannya untuk belajar agama kepada Imam Malik, di tengah perjalanan Imam Syafi’i dihadang kawanan perampok. Kawanan bandit itu lantas menanyai satu persatu rombongan Imam Syafii. Hingga akhirnya tibalah giliran Imam Syafii yang ditanya oleh mereka. “Apa yang kamu punya?” tanya salah satu perampok. Imam Syafii dengan polos mengaku membawa 400 Dirham.
Namun, sekelompok penyamun itu tidak percaya karena penampilan Imam Syafi’i begitu sederhana. Bahkan Imam Syafi’i dianggap hanya mengolok-olok mempermainkan mereka. Imam Syafi’i lantas disuruh mengeluarkan uang yang ia bawa di sakunya. Para perampok tersebut terheran-heran mengapa seorang anak kecil bisa jujur sedemikian rupa. Bukannya ingin merampok, para bandit tersebut malah berguru kepada Imam Syafi’I yang masih kecil tersebut. Hal ini dikarenakan Ibu beliau yang selalu berpesan kepada Imam Syafi’I untuk berkata jujur dalam segala keadaan.
Iya, jujur. Jujur merupakan kunci utama dari seluruh perkara yang ada. Kejujuran akan selalu menang. Sebuah sya’ir mengungkapkan:
قُلِ الحَقَّ وَلَوْ كَانَ مُرًّا
Artinya: Katakanlah dengan jujur walau itu pahit.
Untuk menjadi anak yang baik, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah berbicara jujur dalam berbagai situasi. Walau itu terkadang memberatkanmu, tetap berkata jujurlah. Karena jujur akan membawamu kepada tempat yang baik serta mulia di sisi Allah Swt.
Dalam bahasa Inggris menyebutkan, “Honesty is the first page in the book of wisdom”. Kalimat tersebut memiliki arti bahwa kejujuran adalah halaman pertama untuk kebijakan. Seseorang tidak akan pernah menjadi bijaksana jika ia tidak jujur dalam perkataan dan perbuatannya.
Dibutuhkan kekuatan dan keberanian yang besar untuk mengakui kebenaran. Ini menandakan bawah orang yang jujur merupakan orang yang berani dan kuat. Karena kejujuran adalah pangkal dari segala kebaikan. Dan inilah kunci utama untuk menjadi anak yang baik. Jika kita sudah terbiasa dengan jujur, Insyaallah segala harapan dan cita-cita akan tercapai dengan mudah.
Dalam Al-Qur’an Allah Swt. berfirman: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar” (QS. At-Taubah: 119)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada manusia yang beriman untuk bertaqwa, dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa kita sebagai manusia yang bertaqwa agar senantiasa berkumpul dengan orang-orang yang benar.
Maksudnya adalah ketika mencari teman, hendaklah melihat apakah orang tersebut akan menjadi teman yang baik dan akan membawa kamu lebih dekat kepada kebaikan dunia serta akhirat. Menjadi jujur dan berteman dengan orang yang jujur adalah sebuah keharusan yang telah ditetapkan oleh Allah dalam Al-Qur’an Al-Karim. []