Oleh: Khairan Rafi (XI MIA 2)
Pemuda adalah aset perubahan dan pembangun bangsa. Pemuda adalah aset negara dan agama. Pemuda adalah sesuatu yang berharga yang harus dijaga dan dikembangkan potensinya. Nabi Muhammad SAW. sangat menyukai pemuda yang taat dan senantiasa memperjuangkan agama Allah. Dakwah Rasulullah pun tak lepas dari peran para pemuda terbaik pada zaman beliau.
Generasi Qur’ani adalah pemuda yang selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an. Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya, membaca, menghafal dan memahaminya isinya. Serta mengamalkannya dalam seluruh aspek kehidupan dan kelakuan.
Sebuah ungkapan Arab mengatakan “pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan”. Oleh karena itu, pada zaman sekarang ini, sebagai pemuda kita harus mampu menjadi pelopor bukan pengekor, menjadi perintis bukan pengemis. Pemuda sekarang harus berjiwa Qur’ani dan jangan sampai menjadi budak zaman. Kemajuan teknologi harus dipergunakan secara semestinya seperti mengambil yang baik-baik didalamnya dan menjadikan sebagai sarana belajar. Apalagi aktifitas menuntut ilmu merupakan sesuatu yang memang di wajibkan atas setiap muslim. Serta menjadikan Al-Qur’an sebagai rambu-rambu dalam kehidupan.
Kita bisa melihat secara jelas, dan mari sejenak kita perhatikan bagaimana Al-Quran memberi sebuah kabar berita gembira. Dikatakan bahwa pada suatu hari akan didatangkan di akhir zaman nanti sekolompok kaum pemuda yang dicintai Allah dan dibangga-banggakan Rasulullah. Merujuk pada satu ayat Al-Quran yaitu Q.S. Al-Maidah ayat 54 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.”
Ciri-ciri dari sekolompok pemuda tersebut telah dijelaskan secara jelas dalam ayat 54 dari surah Al-Maidah. Berikut 4 ciri-ciri mereka (1) Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya. (2) Bersikap lemah lembut sesama muslim dan orang beriman. (3) Bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang kafir. (4) Tidak takut kepada celaan dan hinaan orang-orang yang suka mencela.
Seseorang yang mengklaim bahwa ia mencintai seseorang akan lebih memilih yang dicintai dibanding semua orang. Ia juga akan lebih memilih apa yang disukai oleh yang dicintainya, jika tidak demikian maka dia tidak akan bertindak sesuai yang dicintainya dan artinya cintanya juga tidak akan tulus.
Tiga tanda seseorang mencintai Nabi Muhammad SAW. Diantaranya : (1) Tanda pertama seseorang cinta kepada Rasulullah adalah bahwa dia akan selalu menjadikan Nabi Muhammad SAW Sebagai contoh teladannya dalam berkehidupan di dunia ini. (2) Tanda kedua adalah bahwa seseorang yang mencintai-Nya selalu menyebutkan nama Nabi, yaitu dengan bershalawat. Siapa yang mencintai Rasulullah, terus-menerus lidahnya basah bershalawat kepada Nabi SAW. (3) Tanda ketiga adalah kerinduan yang amat besar ingin berjumpa Nabi shallAllahu Alaihi wa Sallam.
Rasulullah saja sangat amat merindukan kita, lalu bagaimana kita tidak menyambut kerinduan itu dengan senantiasa bershalawat kepadanya. Setiap kekasih rindu pasti ingin selalu bersama dengan orang ia cintai. Semua kita rindu untuk berjumpa dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam begitu pun dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam Rindu berjumpa dengan kita sebagai ummatnya walaupun kita tidak pernah berjumpa dengan beliau. Kerinduan Rasulullah kepada ummatnya disampaikan dalam hadist beliau. Pernah suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada para sahabatnya:
“Wahai Abu Bakar, aku begitu rindu hendak bertemu dengan ikhwanku (saudara-saudaraku).” ,wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu?, “Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku.”, “Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku dan mereka mencintai aku melebihi anak dan orang tua mereka. Mereka itu adalah saudara-saudaraku dan mereka bersama denganku. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntung juga mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku.” (HR. Muslim).
Jadi yang dimaksud dalam hadist tersebut adalah yang datang setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang belum berjumpa dengan beliau tapi beriman kepada Rasulullah dan meninggal dalam keimanan tersebut. Inilah kemuliaan kita sebagai umat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang mana beliau menyatakan kerinduannya untuk berjumpa dengan kita.
Obat rindu kepada Rasulullah adalah dengan banyak-banyak bershalawat kepadanya.
Jika kita mengaku cinta dan rindu pada sang kekasih Allah, sudahkah kita banyak bershalawat kepada Rasulullah ﷺ. Semoga lisan kita selalu basah dengan shalawat agar kelak kita bisa bertemu dengan baginda Muhammad ﷺ.
Generasi Rabbani yang berjiwa Qur’ani telah disampaikan dalam Surat Al-Maidah ayat 54, di mana mereka dipenuhi dengan mental pejuang, siap membela agama dan negara. Generasi ini akan segera lahir di tengah-tengah kita dengan membawa panji-panji kemenangan Islam, membentuk sebuah peradaban islam yang baru. Generasi Al-Maidah 54 siap membela Allah dan rasul-NYA. Siap menjaga kemulian dan keutuhan Al-Quran selamanya, tak takut dicela dan dihina, mereka siap menjadi syuhada yang dirindukan dan dibanggakan Rasulullah ﷺ.
Jadilah pemuda yang dibanggakan rasulullah dengan memiliki karakter yang berkualitas dengan daya saing tanpa batas demi mewujudkan kreativitas dan semangat sportivitas. “Kun bil qurani najman” (dengan Al-Quran, jadilah engkau seperti bintang).
Kita yang mengaku sebagai pemuda seharusnya bisa mengambil ibrah dan menjadikan mereka-meraka itu sebagai suri tauladan dalam meningkatkan kualitas bangsa dan membangun sebuah peradaban yang baru.[]