oleh: Niswatul Chaira
Di persimpangan sunyi
aku berhenti
antara langkah yang ingin pergi
dan bayangan yang tak mau mati.
Angin berbisik di pundak waktu,
Tak semua luka perlu nama
Lalu aku tertawa kecil, ternyata benar
yang tumbuh dari hening
tak selalu harus berbunga
Aku berjalan lagi,
menyusuri denyut hari
yang menua tanpa suara.
Langkahku menggurat di tanah retak,
menyisakan debu yang menceritakan
perjalanan yang tak semua orang lihat.
Di sana, di celah cahaya yang nyaris padam
aku temui diriku sendiri
bukan yang ingin dilihat dunia,
tapi yang diam-diam bertahan
saat semua hal memilih menyerah.
Di titik itu aku tahu,
bahwa pulang tak selalu ke rumah,
kadang hanya perlu kembali
kepada diri yang sempat terlupa.
