Parodi

Sajak kegetiran oleh Thasoedi (Guru MTs)

aku menulis nilai,
seolah aku menulis masa depan,
padahal sebagian anak hanya butuh tidur yang cukup,
bukan nasihat yang dibungkus kata “motivasi”.

setiap tahun, tuntutan tumbuh —
seperti jamur di papan absen.
administrasi, lomba, sertifikasi,
dan entah apa lagi yang mereka pikir bisa diukur dengan tanda tangan.

anehnya,
makin rumit profesi ini, makin banyak yang datang melamar.
mungkin mereka suka aroma kapur tulis,
atau suka rasa getir yang diam-diam menetes di hati.

aku tersenyum,
karena kalau marah pun percuma,
di dunia pendidikan, ironi itu sudah jadi kurikulum wajib,
dan kami, para guru, cuma praktikum yang berjalan dengan kaki sendiri.

gajiku kecil,
tapi senyumku harus luas,
kata mereka, ikhlas itu modal utama,
padahal di warung, harga beras tak bisa dibayar dengan doa.

aku ini cuma pengajar,
bukan nabi yang turun tiap pagi membawa mukjizat ke ruang kelas.
katanya, guru harus sabar —
seperti hujan yang jatuh tanpa tanya siapa yang menampung.

DJA/2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *