✿Seutas buah pikir oleh: Niswatul Chaira (Guru Bimbingan Konseling DJA)✿
Mengapa kita sering merasa bersalah saat berkata “tidak”?
Mengapa kita takut dianggap egois ketika menolak permintaan orang lain?
Di balik keinginan untuk diterima, banyak orang kehilangan dirinya sendiri karena terlalu sibuk menjadi people pleaser.
______________
Halo sobat literasi…. Di dalam kehidupan sosial, semua orang tentu ingin diterima dan disukai oleh lingkungannya. Kita ingin dianggap baik, sopan, dan menyenangkan. Namun, ketika keinginan untuk menyenangkan orang lain berubah menjadi kebutuhan yang berlebihan, di situlah muncul fenomena yang disebut people pleasing. Seorang people pleaser adalah orang yang sulit menolak permintaan, selalu berusaha membuat orang lain senang, bahkan jika itu berarti harus mengorbankan dirinya sendiri. Sekilas terlihat positif, tetapi sebenarnya, perilaku ini bisa menjadi jebakan yang perlahan-lahan mengikis harga diri dan kebahagiaan seseorang.
Menjadi people pleaser sering kali berakar dari rasa takut ditolak atau keinginan kuat untuk mendapatkan pengakuan. Seseorang mungkin berpikir bahwa dengan selalu menuruti keinginan orang lain, ia akan disukai dan dihargai. Padahal, penghargaan yang didapat dengan cara mengorbankan diri sendiri hanyalah semu. Orang lain mungkin senang karena kita membantu, tetapi jarang yang benar-benar memahami betapa lelahnya menjadi seseorang yang selalu berkata “ya” meskipun hatinya menolak. Dalam jangka panjang, sikap ini bisa menimbulkan tekanan batin, stress, dan bahkan rasa kehilangan identitas diri yang berujung pada rasa tidak lagi menghargai dirinya sendiri.
Lebih jauh, menjadi people pleaser membuat seseorang sulit menetapkan batasan (boundaries) dalam hubungan sosial. Ia takut dikatakan egois jika menolak, lalu membiarkan orang lain melampaui batas pribadinya. Padahal, memiliki batasan bukanlah tanda ketidaksopanan, melainkan bentuk penghargaan terhadap diri sendiri. Orang yang tahu batasnya akan lebih mampu menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepedulian terhadap orang lain. Tanpa batasan, seseorang mudah dimanfaatkan dan akhirnya merasa tidak dihargai, meskipun sudah berusaha keras menyenangkan semua orang.
Sikap people pleasing juga dapat menghambat perkembangan diri. Ketika seseorang terlalu fokus memenuhi harapan orang lain, ia cenderung menekan keinginan dan pendapat pribadinya. Dalam jangka panjang, hal ini membuat seseorang sulit mengambil keputusan sendiri karena terbiasa mencari validasi dari luar. Padahal, kehidupan yang sehat menuntut kita untuk percaya pada diri sendiri dan berani mengambil langkah sesuai nilai dan keyakinan pribadi. Mencari saran dari orang lain boleh saja, tetapi keputusan akhir tetap harus berpijak pada apa yang benar-benar kita yakini, bukan semata-mata apa yang orang lain inginkan.
Untuk keluar dari kebiasaan menjadi people pleaser, langkah pertama adalah mengenali diri sendiri. Kita perlu menyadari bahwa tidak semua orang harus menyukai kita, dan itu bukanlah hal yang buruk. Dunia tidak akan runtuh hanya karena kita mengatakan “tidak”. Menolak bukan berarti kasar, melainkan bentuk kejujuran terhadap diri dan orang lain. Belajar berkata “tidak” dengan cara yang sopan adalah keterampilan penting agar kita bisa hidup lebih tenang tanpa rasa bersalah. Selain itu, penting juga untuk menumbuhkan rasa percaya diri bahwa kita layak dihargai bukan karena kemampuan kita menyenangkan orang lain, melainkan karena siapa diri kita sebenarnya.
Pada akhirnya, berhenti menjadi people pleaser bukan berarti kita harus berhenti peduli pada orang lain. Justru, kepedulian sejati muncul ketika kita bisa menyeimbangkan antara memberi dan menjaga diri. Dengan menghormati kebutuhan diri sendiri, kita akan lebih tulus dan kuat dalam membantu orang lain. Hidup bukan tentang membuat semua orang senang, tetapi tentang menjadi versi terbaik dari diri sendiri yang tetap berempati tanpa kehilangan arah. Maka dari itu, jangan takut untuk berhenti menjadi people pleaser — karena ketika kita belajar menghargai diri sendiri, kita juga sedang belajar mencintai hidup dengan lebih sehat dan bermakna. []
°❀⋆.ೃ࿔:・°❀⋆.ೃ࿔:・
