Kesabaran dalam Ibadah: Jalan Melelahkan Menuju Surga

Ibadah kepada Allah adalah jalan yang penuh ujian dan pengorbanan. Tidak semua orang mampu menempuhnya dengan mudah. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Surga itu dikelilingi dengan perkara-perkara yang tidak disukai, sedangkan neraka dikelilingi dengan syahwat.” (HR. Muslim no. 2822)

Hadis ini mengajarkan bahwa surga bukanlah hadiah yang didapat tanpa perjuangan. Allah ﷻ berfirman:

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, ‘Kapankah pertolongan Allah datang?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”(QS. Al-Baqarah: 214)

Sebagai pemilik langit, bumi, dan segala isinya, Allah ﷻ memerintahkan manusia untuk beribadah kepada-Nya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran:

“Sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu keyakinan (kematian).”
(QS. Al-Hijr: 99)

Namun, bagaimana bentuk kesabaran yang dibutuhkan dalam ibadah? Para ulama membaginya ke dalam tiga jenis utama.

Tiga Bentuk Kesabaran dalam Ibadah

1. Sabar dalam Memulai Ibadah

Memulai ibadah bukanlah hal yang mudah. Butuh tekad yang kuat untuk melawan rasa malas, godaan dunia, dan bisikan setan.

Contoh dari Para Sahabat:

Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu sebelum masuk Islam adalah seorang yang keras terhadap kaum Muslimin. Namun setelah Allah memberinya hidayah, ia tidak hanya masuk Islam tetapi juga menjadi sosok yang sangat disiplin dalam beribadah. Diriwayatkan bahwa ia selalu membangunkan keluarganya untuk shalat malam dan berkata: “Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan bersabarlah dalam mengerjakannya.”(QS. Thaha: 132).

Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu juga menunjukkan kesabaran luar biasa dalam mempertahankan keislamannya. Ia disiksa dengan panasnya padang pasir dan bebatuan besar di dadanya, tetapi tetap teguh mengucapkan “Ahad! Ahad!” (Allah Maha Esa).

Fakta dalam Kehidupan Modern:
Banyak orang yang berniat memulai kebiasaan ibadah seperti shalat lima waktu tepat waktu, membaca Al-Qur’an setiap hari, atau mengenakan hijab, tetapi merasa sulit karena lingkungan atau kebiasaan lama. Namun, siapa yang bersabar dan bertahan, Allah akan memudahkan jalannya.

Dukungan dari Penelitian Ilmiah:
Studi yang melibatkan 164 remaja menemukan bahwa kesabaran memiliki korelasi positif yang signifikan dengan kesejahteraan subjektif, bahkan lebih tinggi dibandingkan rasa syukur. Kesabaran lebih terkait dengan pengendalian emosi negatif dan kepuasan hidup.

2. Sabar dalam Bertahan Melakukan Ibadah

Setelah memulai, tantangan berikutnya adalah mempertahankan ibadah agar tetap konsisten. Tidak sedikit orang yang awalnya semangat, tetapi kemudian lalai dan meninggalkannya.

Contoh dari Para Sahabat:

Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu selalu menjaga ibadahnya dengan penuh keteguhan. Bahkan setelah menjadi khalifah, ia tetap sederhana dan tekun dalam ibadah. Ia dikenal sering menangis ketika membaca Al-Qur’an dalam shalatnya. Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu memiliki kebiasaan menghatamkan Al-Qur’an dalam satu rakaat shalat malamnya. Ia juga selalu bersedekah, bahkan membiayai pasukan Islam dengan hartanya sendiri.

Fakta dalam Kehidupan Modern:
Kita sering melihat orang yang semangat shalat Tahajud di awal Ramadhan, tetapi setelah Ramadhan berakhir, semangat itu menghilang. Begitu juga dengan orang yang memulai puasa Senin-Kamis, tetapi kemudian menyerah karena merasa berat.

Nabi ﷺ bersabda:

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang terus-menerus dilakukan meskipun sedikit.”
(HR. Bukhari no. 6464, Muslim no. 2818)

Dukungan dari Penelitian Ilmiah:
Penelitian lain menunjukkan bahwa kesabaran memiliki hubungan positif dengan kesejahteraan psikologis pada mahasiswa, dengan korelasi sebesar r = 0,423. Hal ini menegaskan bahwa individu yang sabar cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik.

3. Sabar untuk Ikhlas dalam Ibadah

Kesabaran dalam ibadah tidak hanya tentang memulai dan mempertahankan, tetapi juga tentang menjaga niat agar tetap ikhlas karena Allah.

Contoh dari Para Sahabat:

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “Orang yang riya’ memiliki tiga tanda: malas jika sendirian, bersemangat jika di hadapan orang lain, dan ingin mendapat pujian atas ibadahnya.” Oleh karena itu, ia selalu berhati-hati dalam menjaga keikhlasannya. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang dikenal sebagai sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis, pernah menyimpan sebagian amalannya dari orang lain agar tetap terjaga keikhlasannya.

Fakta dalam Kehidupan Modern:
Banyak orang yang beribadah karena ingin mendapat pengakuan dari manusia, bukan karena Allah. Misalnya, seseorang yang rajin bersedekah tetapi selalu ingin dipuji. Dalam era media sosial, ada kecenderungan untuk memamerkan amal baik, padahal Allah berfirman:

“Mereka tidak diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…”
(QS. Al-Bayyinah: 5)

Maka, menjaga hati agar tetap ikhlas dalam beribadah adalah tantangan tersendiri yang membutuhkan kesabaran luar biasa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *