Oleh: Muhammad Haikal Murid Kelas XI MIA 1
Dalam Kitab suci Alquran di sebutkan, diantara 12 bulan dalam penanggalan tahun islam ada 4 bulan yang dianggap sebagai bulan suci Taitu Muharam, Rajab, Zulkaidah, dan Zulhijjah. Namun, bukan berarti bulan-bulan lainnya dianggap tidat istimewa, Safar, Ramadhan, Syában misalnya.
Pada bulan Safar dikatakan bahwa barang siapa yang berdóa pada bulan tersebut dóanya akan di kabulkan. Pada bulan Ramadhan disebut sebagai penghulu bulan, didalamnya di turunkan Alqur’an dan diwajibkan untuk berpuasa. Pada bulan Syában didalamnya ada istilah nisfu Syában, yaitu hari dinaikan buku-buku catatan amal manusia.
Khususnya pada bulan Muharram, kita Kaum muslimin dilarang melakukan perbuatan keji, dilarang berperang, itulah maknanya bulan Muharram bulan yang haram. melakukan perbuatan yang menimbukan dosa. Pada bulan Muharram, biasanya orang- orang berpuasa pada hari ke -9 dan ke-10 yaitu puasa tasua dan puasa asyura.
Masyarakat aceh pada umumnya umat Islam menyakini bahwa pada hari Tasu’a dan ‘Asyura adalah hari dimana terjadinya banyak peristiwa-peristiwa penting. Seperti meninggalnya Husen bin Ali dalam peristiwa Karbala. Diterima taubatnya Nabi Adam a.s. oleh Allah Swt. Disempurnakan rohnya Nabi Muhammad s.a.w. Peristiwa Selamat nya Nabi Ibrahim a.s. dari kekejaman raja Namrud. Surutnya air bah pada masa Nabi Nuh a.s. Serta keluarnya Nabi Yunus dari dalam perut ikan Nun.
Untuk menyambut bulan Muharram, biasanya pondok-pondok pesantren merayakannya dengan menyelenggarakan acara-acara Islamiyah seperti mendatangkan perceramah diiringi dengan aneka kegiatan lain di siang harinya. Juga pada malam pertama Muharram diisi dengan pembacaan Dalail Khairat dan lantunan-lantunan sholawat. Bahkan dalam setiap kampung-kampung atau desa bisa didapati lantunan-lantunan sholawat yang berasal dari musholla.
Kemudian yang menjadi ciri has pada hari ‘Asyura dalam masyarakat Aceh yaitu bubur ‘Asyura. Istilah bubur ‘Asyura berasal dari ketika bahtera Nabi Nuh a.s. mendarat di atas gunung setelah surutnya air bah. Pada saat itu rombongan di dalam bahtera kekurangan makanan, kemudian Nabi Nuh a.s. mengumpukan sisa-sisa makanan dari semua orang yang berada dalam bahtera. Setelah sisa-sisa makanan mereka terkumpul, Nabi Nuh as. memasaknya menjadi bubur dan dibagikan kepada seluruh orang-orang dalam bahtera. Masyarakat Aceh juga melakukan hal demikian, dengan mencampurkan berbagai jenis makanan kemudian dimasak menjadi bubur. Kemudian dibagikan kepada tetangga dan sanak saudaranya.
Semoga dengan bulan Muharram dalam tahun baru Hijriah ini kita bisa menjadi pribadi yang Lebih baik, dan dapat mengintropeksi diri untuk menjalani hidup kedepannya. Semoga kita bisa menjalani tahun ini dengan penuh semangat, kebähagiaan, dan kelembutan.
Selamat tahun baru 1446 Hijriah .