Oleh Azmi Abubakar., Lc M.H
(Tulisan ini telah dimuat di NU. Online, 14 Juni 2024)
Para jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah, 9 ZUlhijjah 1445 H, Wuquf di Arafah merupakan puncak daripada ibadah haji. Rasulullah Saw bersabda:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَعْمَرَ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ أَتَوْا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بِعَرَفَةَ فَسَأَلُوهُ فَأَمَرَ مُنَادِيًا فَنَادَى الْحَجُّ عَرَفَةُ مَنْ جَاءَ لَيْلَةَ جَمْعٍ قَبْلَ طُلُوعِ الْفَجْرِ فَقَدْ أَدْرَكَ الْحَجَّ أَيَّامُ مِنًى ثَلَاثَةٌ فَمَنْ تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ
Artinya, “Diriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin Ya’mar, bahwa beberapa orang dari Najd menemui Rasulullah SAW saat beliau sedang berada di Arafah. Mereka bertanya tentang haji, lalu beliau memerintahkan orang dan dia berseru; ‘Haji adalah Arafah, siapa pun yang datang pada malam Arafah sebelum terbit fajar, maka dia telah mendapatkan haji. Hari Mina adalah sebanyak tiga hari. Siapa pun yang tergesa-gesa kembali pada hari kedua, maka dia tidak berdosa. Siapa pun yang mengakhirkan dengan kembali pada hari ketiga juga tidak berdosa’.(At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, (Beirut: Darul Jayl, 1998), jld. II, hal. 226).
Wuquf di Arafah adalah Ibadah yang mengumpulkan muslimin dari segala penjuru bangsa, dalam rangka mengharapkan rahmat dan ampunan dari Allah Swt. Wuquf di Arafah mengingatkan kita kepada hari kiamat dengan memperhatikan kerumunan orang banyak dan deburan ombak manusia. Perhatikanlah baju ihram yang dipakai tanpa jahitan bagi laki-laki, dan itu mengingatkan kita pada kain kafan, dari sini kita mengingat kematian.
Berkumpulnya para jamaah haji ini dalam satu pakaian dan satu warna untuk satu ibadah yang tujuannya adalah semata mata meraih ketakwaan dan kembali kepada Allah dalam keadaan bertaubat. Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan Allah mencintai orang-orang yang bersuci”. (Al-Baqarah: 222)
Puncak dari ibadah haji yaitu wukuf di Arafah menjadi simbol shilatul iman (keterhubungan keimanan) dan shilatul arham (keterhubungan nasab).
Dalam shilatul iman (keterhubungan iman) adanya prinsip ketuhanan (al Ilahiyyah), di mana jamaah haji yang datang dari seluruh penjuru dunia berpegang teguh pada kalimatun sawaa` yaitu ketauhidan dan keimanan.
Dengan adanya iman yang kuat dan menyakini wujudnya Allah maka menjadikan manusia menyadari dirinya sebagai hamba yang tidak akan berbuat kerusakan terhadap alam dan ciptaan Allah lainnya. Sebaliknya seorang hamba Allah akan berkasih sayang sesame makhluk Allah Swt.
Adapun ibadah wukuf yang melekat pada shilatul arham (keterhubungan nasab) yaitu prinsip kemanusiaan yang menekankan kesadaran bahwa seluruh manusia berasal dari jiwa yang satu (min nafsin wahidatin) yaitu Nabi Adam As. Momentum wukuf di Arafah menguatkan tali kekerabatan di antara anak cucu nabi Adam meski berbeda jarak, tempat, dan waktu.
Wuquf di Arafah mejadikan manusia untuk saling mengenal (li taarafu) dan bekerjasama dalam kebaikan dan ketakwaan. Sebagaimana firman Allah Swt :
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.(Al Hujurat: 13).
Spirit persatuan dan kesetaraan juga disebutkan oleh Rasulullah Saw dalam khutbah haji Wadak. Rasulullah Saw bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٌّ عَلَى أَعْجَمِيٌّ وَلَا لِعَجَمِيٌّ عَلَى عَرَبِيٌّ وَلَا عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ الا بالتَّقْوَى
Artinya: Wahai sekalian manusia, Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu (maksudnya Nabi Adam). Ingatlah. Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang Ajam (non-Arab) dan bagi orang ajam atas orang Arab, tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan. (Imam As Sanadi, Hasyiah Al Musnad, Imam Ahmad bin Hanbal, (Qatar: Wizarah Auqaf Wa Syuun Islamiyah. 2008), Jld.13, hal.456).
Pesan Rasulullah Saw ini menjadi pelecut semangat kita untuk terus menguatkan nilai-nilai kemanusiaan, saling tolong menolong, saling bekerjasama dalam kebaikan, saling berkasih sayang, dan berakhlaqul karimah sebagaimana yang diibaratkan dalam sebuah Hadis. Rasulullah Saw bersabda:
تَرَى المُؤْمِنِينَ في تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، كَمَثَلِ الجَسَدِ، إذا اشْتَكَى عُضُوا تَداعَى له سائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ والحمى
Artinya: Kamu melihat kaum mukminin dalam berkasih sayang, mencintai, tenggang rasa, adalah seperti satu tubuh, jika ada bagian tubuh yang sakit maka seluruh tubuh lainnya merasakan panas dan berjaga.” (Imam Muslim, Sahih Muslim, (Mesir: Darul Ihyak. Al Kutub Al Arabiyah) jld.4, hal. 2000).
Dengan adanya shilatul iman dan shilatul arham maka akan melahirkan silatur hadharah (keterhubungan peradaban) lintas kaum muslimin. Beragamnya bahasa, suku, budaya telah menyatukan orang beriman dan menjadi kekuatan kaum muslimin untuk terus memakmurkan bumi dengan kebaikan dan kasih sayang sepanjang zaman. Amin ya Rabbal Alamin.