You Can See Me, But I Cannot See You

Oleh: Busra Idris, S.Pd.I (Guru MTs Jeumala Amal)

Sekolah kami adalah sekolah yang megah. Terkenal dengan murid -muridnya yang pintar, berkarakter dan berakhlak mulia. Bangunan yang megah serta guru- guru yang terpilih. Namun dari semua kelebihan itu tentu sekolah kami juga memiliki kekurangan. Yaitu kurang srek kalau belum bersekolah di sini. Bersyandyaa… tapi ini serius lho. Kalau tidak percaya boleh berkunjung kemari pasti bakalan jatuh cinta dengan segala hal yang ada di sini.

Konon ceritanya sekolah kami ini dulunya adalah bekas bangunan Kerajaan sebelum penjajahan Belanda. Sempat terjadi pertempuran sengit antara Ulee Balang dan para ulama akibat kesalahpahaman. Peristiwa berdarah pun tak dapat dihindari. Korban pun berjatuhan baik dari pihak Ulee Balang maupun dari masyarakat biasa dan ulama. Bangunan ini kemudian ditinggalkan begitu saja tak terurus dan meninggalkan kesan angker dan mistis.

 Setelah bertahun-tahun ditinggalkan, akhirnya cucu dari Ulee Balang tersebut berinisiatif untuk mendirikan bangunan dan dijadikan  sebagai tempat untuk mengkaji Alquran dan belajar ilmu agama. Kala itu santri masih hanya berjumlah puluhan saja. Dengan guru-guru pilihan yang didatangkan dari luar daerah, bahkan ada yang dari Jawa. Santri di sini sering melihat hal-hal ghaib di sekitar mereka.  Tak usah diceritakan lah, ngeri saya yang nulis apalagi lagi sendirian.

 Sampai sekarang masih saja ada santri yang mengalami ini, terutama mereka yang suka menyendiri, suka menghalu dan punya cita-cita jadi dokter tanpa harus belajar.  Mudah-mudahan kamu bukan salah satunya. Tapi, jangan salah semakin tinggi tingkatan iman seseorang semakin tinggi pula level setan yang meggodanya. Namun demikian, yang perlu kita takuti hanya lah Allah SWT semata.

Seperti cerita salah seorang guru sekolah kami. Sebut saja namanya Ustazah Maina. Nama yang cantik orangnya juga manis, periang dan humoris. Ustazah Maina baru saja tiba dari Banda Aceh malam itu. Dengan  agenda Rihlah bersama anak-anak kelas 3 Tsanawiyah. Beberapa guru yang lain juga ikut pergi menemani anak-anak ke Banda Aceh mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan rekreasi ke  Pantai Ritting Lhoknga Banda Aceh. Karena agenda mereka  yang begitu padat sehingga membuat mereka harus pulang larut malam.

Jam 12 tengah malam tepat malam Jumat, ustazah Maina dkk tiba di asrama putri menggunakan Bus 13. Di mana-mana katanya angka 13 adalah angka sial, tapi itu hanya Mitos. Buktinya banyak keberuntungan tak terduga yang kami dapatkan selama perjalanan ke Banda aceh bersama Bus 13 ini. Bahkan Bus yang kami tumpangi ini adalah mobil yang pertama sampai ke Banda Aceh dan juga yang pertama kali sampai di gerbang sekolah saat pulang.

Ketika Bus berhenti, Ustazah Murni dan bestinya menuju tempat parkiran sekolah untuk mengambil sepeda motornya agar bisa segera pulang ke rumah. Parkiran berjarak sekitar 200 meter dari tempat pemberhentian Bus. Awalnya mereka berdua biasa saja bahkan berjalan santai sambil mengobrol. Petugas keamanan juga masih berlalu lalang di sekitar gerbang. Namun dari kejauhan terlihat tempat parkiran gelap gulita seperti masa jahiliyyah sebelum kedatang rasullullah.

“Kak Tia, dunia gelap gulita di sini”, bisik Ustazah Murni. Mereka berdua berinisiatif untuk menghidupkan lampu hp. Tapi masih saja gelap. Hanya bisa menerangi langkah yang mereka tapaki saja. Semua ruang kelas juga gelap padahal di setiap teras dan balkon kelas dipasang lampu. Namun kali ini semua lampu mati. Mungkin saja sekolah sedang hemat energi. Sumber daya energi semakin menipis. Bahkan katanya sumber minyak ditemukan di pantai Aceh, BBM tetap saja mahal. Bapak-bapak yang ada di atas tolong turunkan harga diri anda, eh salah, turun kan harga BBM maksudnya.

Berharap cahaya rembulan menerangi, namun malam itu tak ada bulan dan bintang apalagi matahari. Lengkap sudah kegelapan malam ini.

Ustazah sedang bergegas menuju parkiran untuk mengambil sepeda motornya. Angin sepoi-sepoi menerbangkan ujung jilbabnya. Hawa dingin menjangkitinya. Dengan tergesa-gesa membuka kunci motor dan coba menghidupkannya. Andaikan bisa, beliau ingin sekali terbang bersama kunang-kunang sambil membawa  lampu beramai-ramai biar tidak gelap dan bikin takut. Kak Tia masih menunggu di bawah pohon beringin, sementara Ustazah masih di area parkiran. Sejenak  sebelum  sepeda motornya hidup, “hemm” terdengar suara berdehem dari samping pohon mangga.

Tiba-tiba lutut Ustazah lemas. Masih mencoba berpikir positif, mungkin saja suara kucing, atau suara daun mangga yang bergesekan dengan atap parkiran. Walau mencoba berpikir positif dan mencoba menghibutr diri, tapi masih saja mengganggu pikirannya. Mana mungkin kucing bisa berdehem, dia hanya bisa mengeong tentunya. Kecuali kucing garong. Kucing garong apaan sih? Ada-ada aja.

“Kak Tia, tolong bantu tarik honda saya”, pinta Ustazah. Bukannya bergegas, Kak Tia malah asik melihat ke atas tepatnya ke lantai 3. “Coba lihat dek, anak-anak itu belum juga tidur sudah larut begini”, ujarnya dengan lugu sambil menunjuk kecarah lantai 3 di samping Lab. Bahasa. Ustazah mencoba menoleh ke atas, namun tak ada seorang pun di sana seperti yang dikatakan Kak Tia. Lutut Ustazah semakin lemas. Dia hampir menangis. “Kak, cepatlah ke sini, biarkan saja anak-anak itu”, tegas nya.

 Ustazah terus saja bergegas setelah menghidupkan motornya. Anehnya terdengar gelak tawa dari lantai 3 seperi yang dikatakan Kak Tia. Itu seperti suara anak-anak, tapi tidak jelas anak-anak usia berapa. Jantung ustazah berdetak kencang seperti genderang mau perang. Keringat dingin bercucuran di area wajahnya. Pikiran campur aduk tidak karuan. Layaknya Rossi tapi ini Murni bukan Rossi apalagi Rosa. Ustazah menancapkan gas sepeda motornya dengan sekuat tenaga. Berharap siapa pun itu tidak akan bisa menyusulkan walupun dengan cara terbang.

Di tempat pemberhentian Bus ternyata sudah ada suami Ustazah datang menjemput pujaan hatinya. Namun Ustazah tanpa ba-bi-bu langsung mengisyaratkan segera pulang. Tanpa ingin mnjelaskan apapun di sana. Suami Ustazah sejenak terheran-heran dibuatnya. Sesuai arahan beliau lebih memilih untuk ikut petunjuk Ustazah untuk segera pulang.

Keesokan harinya. Ustazah coba mengkonfirmasi ke beberapa orang tentang apa yang dilihat Kak Tia dan didengar olehnya semalam. Ternyata beberapa orang guru dan karyawan juga merasakan hal yang sama. Selalu terjadi di tengah malam buta. Benar-benar meresahkan hati dan jiwa bagi siapapun yang mendengarnya.

Malam selanjutnya kepala Asrama beserta staffnya bertekad untuk mengungkap ini semua. Baik setan ataupun jin semua harus tertangkap. Namun kini hanya bisa memantau dari jauh. Setelah menghidupkan semua lampu di semua pelataran kelas dari lantai 1 hingga lantai 3. Para ustad berjaga hingga tengah malam. Lalu tiba-tiba, lampu mati dengan sendirinya. Terlihat beberapa bayangan sedang berlarian. Menuju ke arah yang sama. Ustadz mulai menghitung, satu, dua, tiga, empat bayangan yang terus saja berlarian disertai dengan gelak tawa. Suara tapak kaki juga terdengar dengan jelas.

Ustad tak ingin menunggu lebih lama. Jelas ada yang tidak beres di sini. Semua yang sedang memantau melihat dan mendengarkan adegan itu. Yang jelas ini bukan pocong, kuntilanak apalagi suster ngesot, tapi mungkin saja ini hantu Kojet. Ah entah lah.

Para ustad mengendap-ngendap dalam gelap layaknya polisi narkoba yang sedang mengendus mangsanya.

Sungguh di luar dugaan. Segerombolan pelajar sedang bersenda gurau di sudut tangga lantai 3 sambil bermain hp dengan riangnya. Bahkan ada yang sedang  merokok. Mereka tertangkap basah dengan segala bukti yang ada. meski sempat melarikan diri ke arah yang berbeda, namun langsung di hadang oleh petugas keamanan.

Keesokan harinya para pelajar yang menyamar jadi hantu Kojet itu mendapat hukuman yang setimpal dengan perbuatan mereka. Kepala botak dan gotong royong selama seminggu. Malu tentu saja. Apalagi kalau si doi lewat. Mendidih rasa hati ini karena malu. Berani bertindak berani bertanggung jawab. Setiap dosa harus dipertanggungjawabkan. Tuhan selalu tau dan melihat apa yang kita lakukan meski kita tidak dapat melihat-Nya. I Can See You, But You can’t See Me.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *