Oleh: Muhammad Nizarullah
26 tahun silam, sedang maraknya krisis moneter, krisis ekonomi, politik, hukum, dan kepercayaan di Indonesia. Orde Baru menjadi momok yang menakutkan bagi Masyarakat, nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar AS anjlok hingga 600 persen. seluruh elemen masyarakat melakukan unjuk rasa di depan kampus Trisakti, Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998 dengan tujuan melengserkan Soeharto dari jabatan presidennya.
Pukul 10.30 WIB, Para mahasiswa Trisakti sudah berkumpul di parkiran depan Gedung Syarif Thayeb Bersiap untuk melakukan aksi damai. Dimulai dengan menurunkan bendera setengah tiang sembari menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Sejumlah aparat mulai berdatangan pada pukul 12.25 WIB, dalam sekejab suasana menjadi panas, namun para demonstran berusaha tetap tenang dengan berjalan menuju gerbang arah Jalan Jenderal S. Parman untuk menyampaikan aspirasi mereka di depan gedung Nusantara.
Saat para demonstran mulai beriringan berjalan menuju gedung Nusantara itu pada pukul 12.40 WIB, mereka dihadang oleh sejumlah apparat di depan kantor Wali Kota Jakbar, disana terjadi diskusi antara kedua belah pihak, mereka membuat kesepakatan untuk menyelesaikan aksi pada jam 17.00 WIB. Aksi massa yang sudah melakukan aksi damai akhirnya mundur pada pukul 16.45 WIB.
Sesaat kemudian, beberapa aparat melontarkan kata-kata kasar dan kotor kepada para demonstran yang sudah mulai mundur, situasi kian memanas. Suara tembakan tiba-tiba terdengar di Tengah kerumunan aparat, penembakan secara membabi buta, melemparkan gas air mata ke arah demonstran, hingga pemukulan yang dilakukan aparat dengan menggunakan pentongan semakin menjadi jadi, pelecehan seksual pun tak luput dari perilaku mereka kepada mahasiswa yang tergabung dalam demonstran.
Terlihat para mahasiswa yang berlarian di dalam kampus Trisakti, hal itupun ikut menjadi perhatian aparat, dan melepaskan tembakan ke arah mahasiswa yang sedang berlarian. Tidak hanya dengan peluru karet, tetapi peluru tajam ikut menghujani mereka. Akibatnya, 4 mahasiswa Trisakti dan 2 mahasiswa dari Universitas lain harus menghembuskan nafas terakhirnya di Tengah kerumunan massa, mereka terkena peluru tajam di kepala, tenggorokan dan dada.
Rizky Rahmawati Pasaribu, salah seorang mahasiswa Trisakti terkena peluru, ia tergulai di pinggir jalan dengan tangan terlentang dan darah yang mengucur di kepala, ia hendak melarikan dari saat terjadi chaos Bersama kawannya. Beberapa aparat mendatanginya untuk melihat keadaan Rizky, salah seorang rekan aparat itu menyuruhnya untuk menembak Rizky yang sudah terlentang tidak berdaya, ia tak tega melakukan hal keji itu, ia malah memukulkan triplek yang berada di dekatnya, dan aparat lain pun berpindah dari tempat kejadian itu. Salah seorang kawan rizky mendatanginya sembari menepuk tangannya dan memintanya untuk segera bangkit, ia dilarikan ke Rumah sakit Sumber waras, dan berhasil diselamatkan.
Aksi tersebut bisa dikatakan sukses untuk memaksa presiden soeharto turun dari jabatannya, ia mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 21 Mei 1998. Berakhirnya masa orde baru merupakan kesuksesan luar biasa bagi kaum akademis dan Masyarakat Indonesia dan dimulainya orde reformasi dengan naiknya B.J. Habibie sebagai presiden ketiga. Namun, kesuksesan itu harus dibayar mahal dengan empat nyawa mahasiswa Trisakti dan dua nyawa mahasiswa universitas lain. Nama mereka pun diabadikan sebagai nama jalan di Kampus Universitas Trisakti di Nagrak, Bogor. Nama-nama mahasiswa tersebut adalah Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Heriyanto, dan Hendriawan.
Setiap tanggal 12 Mei para mahasiswa di seluruh universitas biasanya berkumpul dan mengenang peristiwa yang terjadi 26 tahun yang lalu, mereka turut mendoakan korban yang tewas dalam tragedi Trisakti.[]