Oleh Azmi Abubakar
Pengajar di Dayah Jeumala Amal
Menyenangkan hati kaum muslimin adalah sikab yang dianjurkan. Rasulullah Saw bersabda:
أحب الأعمال إلى الله بعد الفرائض إدخال السرور على المسلم
Artinya: Amalan yang paling dicintai Allah setelah alan fardhu adalah menyenangkan kaum Muslim (Imam Al Munawi, Faudhul Kabir, Darul Makrifah, Juz 1. h. 166).
Apalagi jika seorang muslim dapat menyenangkan hati anak-anak. Rasulullah Saw sendiri memberikan contoh teladan bagaimana menyenangkan hati anak-anak. Rasulullah Saw bersabda:
حدثنا موسى بن إسماعيل قال : حدثنا حماد بن سلمة عن ثابت عن أنس قال : كان النبي صلى الله عليه وسلم يدخل علينا – ولي أخ صغير يكنى : أبا عمير وكان له نغر يلعب به فمات – فدخل النبي صلى الله عليه وسلم فرآه حزينا فقال : ما شأنه ؟ قيل له : مات نغره
Artinya: telah menceritakan kepada kami Musa Ibn Ismail berkata telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Anas, berkata: Nabi Saw menghampiri kami. Aku mempunyai seorang adik laki-laki yang nama panggilannya adalah: Abu Umair dan dia Dia mempunyai seekor burung untuk bermain main dan telah mati. Maka Nabi Saw menghampiri dan melihatnya bersedih lalu bersabda: Ada apa dengan dia? Dia menjawab: Nagharah telah mati. (Imam Bukhari, Al-Adab Al-Munfarid. Kairo, Darul Ma’arif 1998. Juz 1. h. 458).
Dalam hadis ini mengisyaratkan bahwa Rasulullah begitu memberi perhatian kepada anak kecil yang lagi bersedih, serta menyenangkan hatinya dan memanggilnya dengan panggilan mulia. Anak anak sebagai penyejuk mata berhak mendapatkan kesenangannya, salah satunya dengan memberikan waktu bersama mereka, bermain bersama mereka dan juga memberikan hadiah. Dalam Riwayat yang lain Rasulullah tidak sungkan untuk memberi perhatian dan memeluk cucu kesayangannya. Hal ini menunjukkan bahwa Rasululah begitu mencibtai cucunya.
حدثني إسحاق بن إبراهيم الحنظلي، أخبرنا يحيى بن آدم، حدثنا ورقاء بن عمر، عن عبيد الله بن أبي يزيد، عن نافع بن جبير، عن أبي هريرة – رضي الله عنه – قال: كنت مع رسول الله – صلى الله عليه وسلم – في سوق من أسواق المدينة، فانصرف فانصرفت; فقال: “أين لكع؟ – ثلاثا – ادع الحسن بن علي”. فقام الحسن بن علي يمشي وفي عنقه السخاب، فقال النبي – صلى الله عليه وسلم – بيده هكذا، فقال الحسن بيده هكذا، فالتزمه فقال: ” اللهم إني أحبه فأحبه، وأحب من يحبه.
Artinya: “Saya pergi bersama Rasulullah Saw pada suatu waktu di siang hari tetapi dia tidak berbicara dengan saya dan saya tidak berbicara dengannya sampai dia mencapai Pasar Banu Qainuqa`. Dia kembali ke tenda Fatimah dan berkata, “Apakah orang kecil (artinya Al-Hasan) di sana?” Kami mendapat kesan ibunya telah menahannya untuk memandikan dan mendandaninya dan menghiasinya dengan karangan bunga manis. Tidak banyak waktu yang telah berlalu sampai dia (Al-Hasan) datang berlari hingga keduanya saling berpelukan, kemudian Rasulullah Saw berkata, “Ya Allah, aku mencintainya, cintai dia dan cintai orang yang mencintainya. (Ibn Mulqan, Taudhih Li Syarah Al-Jamik As-Sahih, Qatar, Wizarah Auqaf wa Syuun al Islamiyah bi Daulah Qatar, 2008, bab As- Sakhab Li Sabyan. h. 98).
Keutamaan orang yang senantiasa menggembirakan hati anak-anak kelak di akhirat akan memasuki rumah kegembiraan (dar al falah). Diriwayatkan Imam Abu Ya’la dari Aisyah RA, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ في الجنة دارا يقال لها دار الفرح لا يدخلها إلا من فَرَّحَ الصبيان
Artinya: “Sesungguhnya di surga ada satu rumah yang bernama rumah kegembiraan. Tiada yang memasukinya kecuali orang yang menggembirakan anak-anak kecil.”
Imam al-Munawi menyebutkan perbedaan antara farah dan surur, yaitu:
(تنبيه): قال الراغب: الفرق بين الفرح والسرور أن السرور انشراح الصدر بلذة فيها طمأنينة الصدر عاجلا وآجلا والفرح انشراح الصدر بلذة عاجلة غير آجلة وذلك في اللذات البدنية الدنيوية وقد يسمى الفرح سرورا وعكسه لكن على نظر من لا يعتبر الحقائق ويتصور أحدها بصورة الأخذ
Artinya: Perbedaan antara kegembiraan (farah) dan kesenangan (surur) adalah bahwa kesenangan adalah kelapangan dada dengan kenikmatan yang memiliki ketenangan jiwa, cepat atau lambat, sedangkan kegembiraan adalah kelapangan dada dengan kenikmatan yang segera dan tidak lama, dan ini ada pada kenikmatan fisik duniawi. (Imam Almunawi, Faidhul Qadir Darul Makrifah. Beirut Juz, 2, h. 468).
Keutamaan lain dari menyenangi dan mengembirakan hati anak anak adalah dileburkannya dosa-dosa. Diceritakan ada seseorang yang berlumuran dosa, namun kemudian Allah Swt meleburkan dosa-dosanya. Kemudian Rasulullah SAW bertanya kepada Jibril: “Sebab apa Allah mengampuni dosa orang tersebut?” Malaikat Jibril pun menjawab:
له صبي صغير ، فإذا دخل بيته يستقبله ، فيدفع إليه شيئا من المأكولات او ما يفرح به ، فإذا فرح الصبي يكون كفارة لذنوبه
Artinya: “Karena ia memiliki anak kecil, ketika pulang dari bepergian, saat ia masuk ke rumahnya, ia disambut putranya yang masih kecil, ia memberikan buah tangan yang membuat sang buah hati bahagia. Kebahagiaan anak inilah yang mengakibatkan ia memperoleh “Kaffaratudz dzunub” dosa-dosa yang diampuni.” (Syekh Nawawi al Bantani, Syarah Qamiut Thughyan, Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, h. 26).
Selanjutnya memuliakan anak adalah bagian dari cinta orang tua kepada anak itu sendiri. Rasulullah Saw bersabda:
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: أَكْرِمُوا أَوْلَادَكُمْ وَأَحْسِنُوا آدَابَهُمْ
Artinya: Nabi Saw bersabda: “Muliakanlah anak-anak kalian dan ajarilah mereka tata krama (Assanadi, Hasyiah Sanadi ala Ibn Majah, Darul Jail, Beirut. Juz 2, h.391).
Dari beberapa Hadits di atas mengisyaratkan bagaimana Rasululah Saw sangat dekat dengan anak anak bahkan turut menyenangkan hati mereka. Sebagai umat Rasulullah Saw sudah seyogyanya mempraktikkan sikab menyenangkan hati anak-anak dengan memberikan sesuatu semisal hadiah Apalagi fadhilahnya yang luar biasa seperti adanya rumah khusus di syurga dan dileburkannya dosa dosa.
Tulisan ini telah dimuat di NU.Online: https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/anjuran-menyenangkan-hati-anak-anak-menurut-islam-Kk95e