Filosofi Kereta Peluru

Oleh: Muhammad Nizarullah, S.Sos.

Jack Welch, pemimpin General Electric pada tahun 1982-an mengalami hambatan di perusahaan yang ia pimpin tentang kurang efisiennya pekerjaan di beberapa departemen. Ia melakukan perjalanan ke Jepang pada tahun 1993 dan mendapat sebuah pelajaran berharga dalam perjalanannya. Ia bertemu dengan seorang pemimpin anak perusahaan General Electric dan pakar teknologi kesehatan, Eiji Mikawa.

            Mikawa menjelaskan cara kerja yang ia terapkan di perusahaan di bawah pimpinannya. “Jika anda ingin membuat sesuatu yang out of the box, anda harus radikal dalam merenovasi sistem yang ada.” Begitulah kira-kira yang dikatakan Mikawa kepada Welch. Apa yang disarankan Mikawa merupakan esensi dari Filosofi kereta peluru. Filosofi ini kemudian diterapkan di beberapa perusahaan kereta api di Jepang. Menurutnya, untuk mencapai hasil dua kali lipat dari yang diinginkan harus berpikir hal yang mustahil untuk dicapai tapi memungkinkan untuk dilakukan.

            Kemustahilan itu langkah awal untuk mencapai label filosofi kereta peluru yang kecepatannya mencapai 300 km/jam. Filosofi ini diterapkan Mikawa baik di perusahaan, bisnis, maupun terhadap perubahan habit seseorang, dan terbukti sukses terhadap perusahaan yang ia pimpin. Sehingga filosofi ini dipinjam oleh Amerika untuk menciptakan inovasi baru di negaranya.

            Dalam proyek revolusi kereta api yang sedang dilakukan Welch, Mikawa menyarankan untuk memperluas komponen kereta, bahkan mulai pola pikir yang baru, memperlebar jalur kereta, mengganti komponen untuk mendukung lajunya kereta hingga membuat gerbong penumpang lebih aerodinamis jika ia menginginkan kecepatan 150 km hingga 300 km/jam.

            Tak hanya pada revolusi bisnis, jika filosofi ini diterapkan pada pribadi seseorang, bisa dipastikan apa yang ia impikan selama ini akan membuahkan hasil berkali kali lipat dari apa yang ia harapkan. Lakukanlah sesuatu yang out of the box, yang tidak dilakukan oleh kebanyakan orang dan mustahil untuk dicapai. Jangan takut untuk memimpikan hal mustahil, karena  itu adalah jalan pertama untuk mendapatkan label filosofi kereta peluru.

Dalam buku The Ikigai Journey karya Hector Garcia dan Francesc Miralles, dijelaskan bahwa 8 jam per hari anda melakukan kebiasaan itu dikali 5 hari dalam seminggu, anda akan menjadi expert dalam 5 tahun. 2 jam per hari yang anda lakukan dalam 5 hari akan membentuk kebiasaan anda dan akan mendapatkan hasil expert selama 20 tahun. Jam kerja tidak akan menghianati hasil. Pepatah Jepang pernah berkata “Jika ingin memanaskan batu, duduklah di atasnya selama seratus tahun.”

Filosofi inilah yang telah mengantarkan Mark Zuckerberg, Steve Jobs, Obama dan orang sukses lainnya menuju gerbang kesuksesan diluar batas hasil yang didapatkan orang lain. Mereka terus menerus melakukan pengulangan yang dianggapnya positif untuk dipertahankan. Alhasil, Pengulangan yang dilakukan membuahkan hasil kebahagiaan bagi mereka.

Mark Zuckerberg dengan gayanya memakai kaos abu-abu, sweater abu-abu, dan celana jeans yang sama setiap ia tampil di depan umum, membuat ia terkesan sederhana dalam kehidupan. Steve Jobs yang setia dengan sweater turtle neck hitam, celana jeans, dan sneaker putih membuatnya sederhana dalam menjalani hidup, bahkan menjadi inspirasi bagi orang lain. Begitupun Barack Obama, ia memiliki khas berpenampilan setelan jas abu-abu atau biru.

Orang-orang sukses seperti mereka memiliki khas masing-masing dalam kebiasaan yang konsisten bahkan dalam berpakaian. Tak heran mereka sukses dalam karirnya, mereka tidak mau repot memikirkan apa yang dimakan dan cara berpakaian karena masih banyak keputusan yang harus dibuat dalam hidupnya.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *