Mengaji Kitab Dawaul Qulub, Syekh Khatib Langgien

Oleh; Azmi Abubakar, Lc, M.H

Sampai abad ke 19 masih ditemukan sederetan ulama ulama Aceh yang sangat produktif menulis, menghasilkan karya keilmuwan yang sampai sekarang terus dikaji. Salah satunya adalah syekh Ahmad Khatib Langgien, beliau menulis kitab Dawaul Qulub. Beberapa hari lalu kami berkunjung ke makam beliau yang tak jauh dari Dayah Jeumala Amal.

Tepatnya ke kawasan Langgien. Jika kita ingat peristiwa penembakan panglima GAM Abdulllah Syafi’i maka kawasan Langgien ini taklah asing lagi. Kawasan yang berada dalam kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya ini sangatlah asri dikelilingi oleh persawahan ,menambah gezah keberkahan tempat makam syekh Ahmad khatib Langgien. Makam syekh Ahmad khatib Langgien sangatlah sederhana, baru beberapa tahun lalu selesai dipugar dengan baik, disampingnya ada balai tempat para tamu berteduh dan tempat diselenggarakannya pengajian terutama kitab yang dikarang syekh sendiri.

Beberapa tahun ini makam syekh Ahmad Khatib memang kerap diziarahi, bahkan ada juga tamu dari Malaysia. Saya berharap masyarakat Aceh juga generasi milenial akrab dengan semangat berziarah dan mencintai para ulama yang telah meletakkan pondasi keilmuwan yang diwariskan kepada kita hari ini.

Saya berharap pemerintah turut mendukung memberi perhatian kepada makam ulama ulama Aceh , juga mencari tahu makam ulama Aceh yang belum teratasi sampai sekarang. Selain itu pengajian kitab lapan yang salah satunya terkumpul kitab daripada syekh Ahmad Khatib Langgien harus terus dikaji melalui mimbar masjid. Bandingkan dengan Malaysia , saya mendapat kireman foto dari salah seorang sahabat yang juga dai di Malaysia, beliau menyebutkan bahwa girah pembacaan kitab Arab Jawi di negeri Melayu sangatlah kental dan semarak.

Hal ini pula yang harus disemarakkan kembali di Aceh, sebagaimana disebut K.H. Idrus Ramli dalam beberapa kali kunjungannya ke Aceh bahwa tradisi kemajuan ilmu pada masa lalu harus dipertahankan kembali sebagai sebuah tariqah  dalam ilmu dan amal. Seperti tahlilan, membaca kitab juga termasuk didalamnya kitab karangan ulama Jawi seperti kitab jam’ul jawamik almusannifat. Mari membudayakan kembali pengajian melalui kitab ini agar ilmu dan keberkahan senantiasa mengalir. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *