Oleh: Ust. Hafizh Ma’arif, A.Md.T
Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Oleh karena itu, marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan.
Alhamdulillah, kita dipertemukan kembali dengan bulan taubat, bulan zuhud dan melawan nafsu, bulan menyucikan jiwa, bulan tadarus al Qur’an, bulan qiyamullail dan memperbanyak kebaikan, yaitu bulan Ramadhan. Oleh karena itu, marilah kita bersegera menyibukkan hari-hari dan hembusan-hembusan nafas kita dengan ketaatan kepada Allah. Karena orang yang tidak mengisi dan menyibukkan waktu senggangnya dengan sesuatu yang bermanfaat baginya maka ia akan disibukkan oleh waktu luangnya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.
Apa yang semestinya kita lakukan di siang hari bulan Ramadhan?
Pertama, ketika fajar tiba, kita buka hari dengan memperbanyak membaca dzikir. Di antara dzikir yang semestinya kita baca setiap pagi dan petang sebanyak tiga kali adalah:
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِىْ لاَيَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْئٌ فِى اْلاَرِضِ وَلاَ فِى السَّمَآءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan bahwa orang yang membacanya tiga kali maka tidak ada sesuatu pun yang akan membahayakannya.
Kedua, melaksanakan shalat Shubuh berjama’ah karena Baginda Nabi bersabda:
“Barangsiapa mengerjakan shalat Isya’ secara berjama’ah, maka seakan ia menghidupkan separuh malam dan barangsiapa mengerjakan shalat Shubuh secara berjama’ah, maka seakan ia menghidupkan malam seluruhnya” (H.R. Muslim)
Ketiga, bergabung dengan orang-orang yang ikut serta dalam halaqah ilmu dan kajian serta tadarus al Qur’an di pagi hari. Karena Ramadhan adalah bulan al Qur’an. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan kepada sahabat Abu Dzarr Radhiyallallhu ‘Anhu dan kepada kita semua:
“Wahai Abu Dzarr, sungguh jika engkau pergi lalu belajar satu ayat al Qur’an itu lebih baik bagimu daripada shalat sunnah seratus raka’at, dan jika engkau pergi lalu belajar satu bab ilmu agama maka itu lebih baik bagimu daripada shalat sunnah seribu raka’at.” (H.R. Ibnu Majah)
Keempat, ketika kita berangkat bekerja, maka jangan lupa berniat yang baik agar kita senantiasa mendapatkan pahala ketika bekerja dan agar kita tidak menyia-nyiakan waktu demi waktu yang kita lalui dalam bekerja tanpa pahala. Kita bertakwa kepada Allah dalam menunaikan pekerjaan, menjaga lisan dari berkata dusta dan menipu. Kita amalkan hadits yang disabdakan Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
“Puasa adalah perisai, maka apabila salah seorang di antara kalian berpuasa, janganlah berkata buruk dan melakukan perbuatan perbuatan yang bodoh, jika ada orang yang mengajak bertengkar atau mencacinya (janganlah melayaninya dan) hendaklah ia mengatakan: Aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa” (H.R. Malik dalam al Muwaththa’)
Kelima, ketika adzan ‘Ashar berkumandang, kita upayakan untuk mengajak orang lain bersama kita ke majelis ilmu, majelis yang penuh kebaikan dan keberkahan, agar bertambah dan semakin besar pahala yang kita peroleh. Kita ajak anak kita, teman kita dan tetangga kita untuk melaksakan shalat ‘Ashar berjamaah di masjid. Lalu kita simak kajian keagamaan yang disampaikan oleh para guru yang terpercaya, agar kita tahu bagaimana cara yang benar dalam menaati Allah dan mencari bekal dari dunia yang fana ini untuk akhirat yang kekal.
Keenam, setelah kajian selesai, kita pulang kembali ke rumah dan kita ajarkan apa yang kita pelajari kepada segenap anggota keluarga kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat” (H.R. Bukhari dan lainnya)
Ketujuh, jika istri dan keluarga membutuhkan bantuan kita, maka bergegaslah membantu. Jadilah penolong bagi mereka, selalu hadapi mereka dengan senyum gembira serta perkataan yang baik. Dan ringankanlah keletihan mereka dengan perkataan yang indah. Ingatlah selalu sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Orang-orang pilihan di antara kalian adalah orang yang paling baik kepada istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian kepada istri-istrinya” (H.R. Ibnu Hibban dan lainnya)
Kedelapan, betapa besar pahala yang kita raih jika kita memberikan sebagian makanan dan minuman kepada tetangga kita yang fakir dan membutuhkan. Kita memuliakannya karena Allah. Kita beri makanan atau minuman untuk orang yang akan berbuka sehingga kita memperoleh pahala yang dijanjikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sabdanya: “Barangsiapa memberi makan berbuka kepada orang yang berpuasa maka ia memperoleh pahala yang menyerupai pahalanya, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa tersebut” (H.R. Tirmidzi).
Artinya, kita memperoleh pahala yang menyerupai pahala orang yang berpuasa tersebut. Bukan pahala yang sama persis dengan pahalanya dari semua segi, karena orang yang berpuasa Ramadhan tengah melakukan puasa wajib dan kita yang memberinya makan berbuka tengah melakukan perkara sunnah. Perkara sunnah tentu tidak akan menyamai perkara yang wajib.
Kesembilan, menyegerakan berbuka setelah betul-betul yakin bahwa waktu Maghrib telah masuk. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Orang-orang selalu berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka” (H.R. Bukhari dan Muslim). Tak luput kita baca doa:
اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
Artinya: “ Ya Allah karena-mu aku berpuasa, dengan-mu aku beriman, kepada-mu aku berserah dan denga rezeki-mu aku berbuka (puasa), dengan Rahmat-Mu, wahai Allaah Tuhan Maha Pengasih”
Alangkah indah jika kita berbuka dengan dengan yang manis-manis seerti kurma. Jika tidak ada, maka kita berbuka dengan air sebagaimana disabdakan oleh Baginda Nabi: “Jika salah seorang di antara kalian berbuka maka hendaklah ia berbuka dengan kurma, karena kurma itu penuh berkah. Barangsiapa tidak mendapatkannya maka hendaklah ia berbuka dengan air, karena air itu sesuatu yang suci dan menyucikan.” (H.R. at-Tirmidzi)
Wahai saudaraku muslimin sekalian.
Janganlah kita jadikan Ramadhan sebagai waktu untuk memperbanyak makanan serta berganti-ganti menu yang berbeda-beda. Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepada salah seorang sahabatnya: “Janganlah engkau bermewah-mewah dan bernikmat nikmat, karena sesungguhnya para hamba Allah yang shaleh tidak bergaya hidup mewah” (H.R. Ahmad, Abu Nu’aim dan al Baihaqi).
Semoga Allah melimpahi keberkahannya bagi kita semua dan menjadikan kita umat yang bertakwa, amien.