Oleh; Ust. Muhammad Haikal, Lc, M.H.I
Puasa adalah suatu ibadah yang dilaksanakan oleh Muslim. Puasa sendiri memiliki pengertian menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkannya mulai dari subuh sampai magrib. Bila diuraikan, menahan diri dapat diartikan sebagai sikap untuk tidak melakukan kegiatan tertentu. seseorang yang berpuasa diharapkan dapat mengendalikan diri, tidak hanya dari yang membatalkan puasa, namun juga dari hal yang menghilangkan pahala puasa.
Hal yang membatalkan puasa adalah melakukan sesuatu yang membuat puasa tidak sah seperti mengkonsumsi makanan, minuman dan kebutuhan biologis, memasukkan sesuatu ke dalam lobang, muntah sengaja dan lainnya. Mulai dari subuh sampai magrib batas waktu yang harus ditaati. Apabila azan subuh sudah dikumandangkan segera berhenti jangan lanjut makan, adapun hadis yang menyatakan apabila kalian mendengar azan dan kamu sedangkan makan, maka sempurnakan makanmu, para ulama mongomentari hadis tersebut bahwa azan yang dimaksud dalam hadis adalah azan pertama bukan azan waktu subuh. Untuk itu imsakiyah di negara kita dibuat kolom imsak yang mana selisih waktunya dengan subuh adalah 10 menit sebagai bentuk ihtiyat (sikap hati-hati).
Ada beberapa nilai yang terdapat dalam ibadah puasa, diantaranya adalah pengendalian diri dari sifat konsumtif. Puasa melarang muslim untuk tidak makan sembarangan baik di waktu sahur maupun diwaktu berbuka. Sahur disunatkan supaya kuat dalam berpuasa, sebaiknya makanan yang dikonsumsi tidak pedas, asam dan asin. Untuk berbuka sendiri Rasul menganjurkan untuk membuka dengan kurma, kemudian baru diikuti dengan makanan manis, air putih dan lainnya. Kemampuan mengendalikan diri dari berbuka dengan air es apalagi di cuaca panas seperti ini adalah suatu sikap yang besar. Saat kita ke pasar, apa dibelanjakan?, apakaah kita termasuk dalam golongan yang mengendalikan konsumtif atau sebaliknya?
Pengendalian diri dari amarah perlu diperhatikan juga karena ini sikap yang patut diperjuangkan. Betapa banyak orang hebat yang jatuh kehormatannya karena tidak mampu menahan amarahnya, sebaliknya betapa banyak orang biasa yang disegani karena kemampuan menahan amarah. Orang yang mampu mengendalikan amarah adalah orang sukses dan berhasil mendidik nafsunya.
Berikutnya adalah nilai kedisiplinan. Saat azan subuh dikumandangkan semua aktifitas makan dan minum haram. Apabila makan atau minum dilanjutkan maka puasanya batal. Begitu pula saat berbuka, tidak dibenarkan untuk memperlambat berbuka. Di malam hari sesudah melaksanakan ibadah salat Isya, disunatkan salat tarawih yang mana pelaksanaannya khusus di bulan Ramadan. Inilah nilai kedisiplinan yang harus dipelihara dan diamalkan dalam aktifitas sehari-hari.
Dalam sahur dan berbuka terkandung nilai sederhana yang mana fikih tidak memberatkan muslim dalam sahur dan berbuka, justru sebaliknya. Apabila nilai sederhana ini mampu diterapkan maka akan sangat indah dan pengeluaran kita akan terasa lebih ringan di ramadan, namun faktanya tidak demikian. Jika kita lihat di pasar pada sore hari dipadati oleh pembeli dan penjual dimana mereka sibuk belanja untuk bukaan, seakan semua yang dilihat ingin dibeli, namun apa yang terjadi, makanan yang disentuh saat berbuka hanya beberapa saja.
Kepedulian sesama muslim barangkali nilai ke empat yang penulis pahami dari puasa. Dasarnya adalah hadis nabi yang menganjurkan untuk memberi bukaan bagi orang yang puasa. Kepuasan batin orang yang memberi akan lahir dari pancaran wajahnya dan akan dibayar oleh Allah di akhirat kelak. Apalagi yang diberikan adalah makanan yang enak dan bergizi.
Inilah beberapa nilai yang penulis pahami dalam puasa, kita berdoa kepada Allah supaya mampu menerapkan nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari supaya mendapatkan ridha Allah. Amin ya rabbal ‘alamin