Ramadhan di Negeri Syam

Ilham Fajar

Mahasiswa Tingkat 3 Fakultas Ushuluddin. Universitas Bilad Syam, Damaskus, Suriah, Alumni Dayah Jeumala Amal Tahun 2019.

“Bulan Ramadhan tiba, semangat pun membara” Begitulah kata-kata kami mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Damaskus, Suriah.  Bagaimana tidak?  Konflik dan krisis moneter yang sedang dialami masyarakat Suriah tidak menjadi penghalang mereka dalam bersedekah, bahkan sebaliknya, mereka sangat yakin bahwa dengan bersedekah, Allah SWT pasti akan membukakan kembali pintu rezeki dan memberikan kemakmuran kepada negeri yang diberkahi ini.

Keyakinan inilah yang selalu dipegang oleh penduduk negeri Syam. Tak heran jika Rasulullah SAW bersabda tentang keagungan dan kemulian negeri ini dan mendoakan seluruh keberkahan kepada penduduknya.

Kedermawanan masyarakat Damaskus selalu membuat kami para mahasiswa tersenyum bahagia. Mereka sangat menghargai dan menghormati mahasiswa asing yang sedang menuntut ilmu. Bantuan selalu datang bahkan di waktu yang tak terduga. Misalnya, saat kami sedang berjalan secara tiba-tiba ada yang meletakkan uang di saku baju atau celana, ada juga yang memberikan kami uang tepat di saat kami selasai salam dari shalat tarawih. Berbagai macam cara bersedekah lainnya baik secara langsung maupun melalui perantara.

Kedermawanan masyarakat Damaskus juga terlihat ketika mereka membagikan takjil gratis kepada orang yang hendak berbuka, makanan gratis ada dimana-mana, terkadang diantar langsung ke rumah/asrama, Masya Allah Tabarakallah.

Waktu berpuasa yang lebih panjang dari tanah air kita (±15 jam), cuaca panas hingga 42 °C menjadi salah satu rintangan kami dalam menjalankan ibadah puasa, ditambah lagi dengan padatnya jadwal kuliah dan mengaji sebagai rutinitas wajib para mahasiswa. Akan tetapi rintangan tersebut hilang begitu saja ketika kami mendengarkan indahnya lantunan Azan maghrib Muazzin Negeri Syam, Negeri yang penuh berkah. Terlebih lagi berbuka dengan sajian makanan khas Arab yang manis seperti kue-kue manisan beserta Ma’ruk (makanan khas Negeri Syam “sejenis Roti lembut didalamnya rasa coklat dan kelapa” yang hanya ada di bulan Ramadhan), dan Mauz halib yaitu minuman “jus pisang susu”, dimana dengan sajian tersebut seakan tenaga pulih Kembali.

Sholat Taraweh di Masjid-masjid kota Damaskus itu pun tergolong lama, dengan jumlah rakaatnya 20 dan bacaan 1 juz di setiap malamnya yang diimami oleh para ulama penghafal Al-qur’an dan Qiraat, lantunan ayat suci Al-qur’an yang merdu nan syahdu membuat para jamaah menikmati setiap rakaat yang dilaksanakannya. Bila imam melantukan ayat yang mana makna dan iramanya sangat menyentuh hati, para jamaah pun menangis.

Para mahasiswa menghabiskan malamnya dibulan suci Ramadhan dengan bertadarus Al-quran dan mengulang pelajaran. Dikarenakan singkatnya malam, biasanya kegiatan itu dilakukan selesai shalat tarawih sampai menjelang sahur.

Saat sahur, kampus selalu menyediakan menu bagi mahasiswa yang tinggal di asrama. Kendatipun demikian, sebagian mahasiswa indonesia lebih menikmati dengan memasak masakan khas tanah air dan bahkan sahur juga dijadikan sebagai waktu untuk belajar masakan khas negara-negara lain, seperti Malaysia, Pakistan, dan Afrika. Itulah gambaran singkat rutinitas kami mahasiswa Indonesia di Damaskus selama bulan Ramadhan. Semoga Allah melimpahkan kenikmatan dunia dan akhirat kepada kita semua. Amin Ya rabbal Alamin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *