Dayah Jeumala Amal (27/10/2021), banyak orang mulai gemar menanam pohon sejak pandemi terjadi. Mungkin untuk menghindari kebosanan karena harus berada di rumah sepanjang hari. Terutama ibu-ibu yang semakin rajin membeli dan merawat bunga. Berbeda dengan Dayah Jeumala Amal, menanam pohon bukan lagi budaya baru. Tapi sudah lama digalakkan. Kalau ada yang berubah, paling pohonnya yang berganti-ganti setiap tahun.
Kunjungan Prof. Dr. Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc menjadi awal penanaman pohon matoa di Dayah Jeumala Amal. Sebanyak 5 bibit tanaman yang bernama latin Pometia pinnata ini ditanaman secara simbolis di kampus II Dayah Jeumala Amal. Diantara yang turut menanam adalah Prof. TA Sanny, Guru Besar ITB sekaligus Pakar Teknologi Bawah Tanah; H.T. Umar Laksamana, Ketua Pengurus Yayasan Teuku Umar Laksamana (Yaslak); Drs. Tgk. Hamdani AR, Direktur Dayah Jeumala Amal; Dr. Fazli Syam BZ, S.E., M.Si., Ak., CA., Pengawas Yayasan, dan Koordinator Program S2 Akuntansi Unsyiah; dan Hendra Halim, S.E., M.E., Manajer UKM Center FEB Universitas Syiah Kuala. Sebagian ditanam untuk mengganti pohon lama yang sudah mati dimakan usia, dan sebagian lagi untuk menghijaukan wilayah yang masih kosong dengan tanaman.
Tanaman khas Papua ini termasuk pohon yang tumbuh besar dengan tinggi rata-rata 18 meter dan berdiameter 100 cm. Biasanya pohon ini berbuah setahun sekali. Mulai berbunga pada bulan Juli sampai Oktober, dan baru berbuah sekitar 4 bulan kemudian. Selain papua, pohon ini juga terdapat di beberapa daerah di Sulawesi, Maluku, dan Papua New Guinea. Umumnya buah matoa memiliki rasa yang manis.
Proses penanaman dibantu langsung oleh murid-murid yang tergabung dalam eskul Soling (Sobat Lingkungan). Eskul yang berdiri sejak tahun 2015 ini memiliki kegiatan rutin yaitu merawat tanaman di Dayah Jeumala Amal.
Ikuti perjalanan selanjutnya Prof. TA Sanny ke Dayah Jeumala Amal untuk memberikan tips-tips masuk ITB ke murid DJA di tautan ini.
1 Comment