Oleh : Zahra Salsabila (Murid Kelas XI MIA 7)
Saya seorang murid Dayah Jeumala Amal, ingin membagi cerita dan sedikit motivasi. Tulisan ini saya tujukan kepada para santri terkhusus bagi mereka yang baru menginjak kakinya di lingkungan dayah (red. Pesantren).
Jujur, awalnya tinggal di dayah rasanya sangat berat, banyak cobaan dan rintangan. Terkadang muncul rasa putus asa dan tidak betah, terutapa bagi santri baru. Akan tetapi kita harus mengingat bahwa cobaan dan rintangan itu adalah awal menuju kesuksesan. Pada hari pertama dan kedua kita bisa merasakan betapa nikmatnya kehidupan di dayah, namun setelah berjalan waktu satu, dua, atau tiga bulan akan sangat terasa bagaimana kehidupan asli tinggal di pondok. Semuanya terasa berubah, peraturan demi peraturan terus menghampiri, cobaan demi cobaan juga ikut menemani, hingga ujian hidup tak dapat dihindari. Tapi itu bukan alasan yang tepat untuk menyerah dengan hal yang sepele. Sekilas saya akan menceritakan sedikit hal selama di Dayah Jeumala Amal.
Saya mulai sekolah di Dayah Jeumala Amal pada tahun 2019, saya dikenal dengan santri baru yang duduk di bangku Madrasah Aliyah. Saya menjalani segala aktifitas dengan senang dibarengi gembira, no metter dengan masalah. Seiring berjalan waktu, 2 sampai 3 bulan selanjutnya, berbagai masalah mulai bermunculan baik di sekolah, asrama, bahkan di kamar sekalipun.
Cobaan ini terus terjadi hingga tidak terhitung sudah berapa bulan aku menghadapinya. Rasa frustasi menyerang, seakan tidak ada satupun orang yang mengerti bagaimana posisi saya, ingin rasanya menyerah dan keluar dari dayah. Saya selalu beranggapan bahwa dayah ini bukan tempat pendidikan melainkan penjara yang menyiksa para santri. Emosi merasuk dalam sanubariku, laksana api yang berkobar, lalu saya pergi ke kamar mandi untuk berwudhu dan mendirikan shalat sunat 2 rakaat. Kemudian saya berdoa dan memohon agar Allah memberi petunjuk dalam menghadapi perkara ini. Saya tidak menyangka ternyata Allah Maha mengabulkan doa hamba-Nya, doa saya diijabah begitu cepat.
Pada hari memperingati Maulid Nabi baginda Rasulullah SAW, datanglah seorang ustadz yang berceramah di depan kami. Ia menceritakan perjuangan Rasulullah yang tidak pernah mengeluh dalam menyebarkan agama Islam. Bukan hanya itu, bahkan sang ustadz bercerita tentang kisahnya selama di pesantren, mulai dari kesan pertama masuk ke pondok, permasalahan yang dihadapi dan berbagai kisah susah dan senang.
Ia bercerita tentang tidak sedikitnya perkara dan permasalahan yang menghampiri selama di dayah. Tetapi ustadz tidak pernah putus asa, ia yakin bahwa cobaan itu adalah jalan menuju kesuksesan. Ada hal yang membuat saya terkejut, ketika ustadz itu mengatakan, “Janganlah kalian putus asa dari rahmat yang telah Allah berikan kepada kalian, apa hanya dengan masalah sepele kalian dapat menjauhkan diri dari Allah? Kalian harus ingat di setiap cobaan yang diberikan Allah pasti ada hikmahnya”.
Setelah mendengar kata-kata tersebut, akhirnya saya sadar bahwa apa yang saya pikirkan tentang dayah adalah salah. Dayah bukanlah tempat penyiksaan bagi santri-santrinya, melainkan tempat menuntut ilmu yang dapat membawa anak didiknya kepada jalan yang benar. Setelah kejadian tersebut, dengan rahmat Allah, saya merasa tenang dan betah di dayah, juga saya tidak lagi kepikiran untuk pindah keluar dari Dayah Jeumala Amal.
Mungkin dari pengalaman ini dapat diambil ibrahnya. Selanjutnya kita harus yakin jika kita masuk ke dayah adalah keputusan yang tepat. Ada beberapa tips agar kita betah di dayah:
- Kita harus yakin bahwa Allah tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan hambanya.
- Selalu berfikir positif bahwa cobaan itu adalah jalan mennuju kesuksesan.
- Selalu tawakkal dan mengingat Allah agar hati kita selalu tenang.
Sekian, semoga bermanfaat.