“Mie Aceh” dari Dapur untuk Negeri, Meracik Rasa Merawat Tradisi.

Oleh: Niswatul Chaira

Di tengah aroma rempah yang menggoda dan uap panas yang mengepul dari wajan-wajan besar, sesuatu yang lebih dari sekadar kuliner sedang dimasak di Dayah Jeumala Amal. Identitas, semangat dan jiwa santri yang membara. Setiap tahun hari santri menjadi momentum yang ditunggu-tunggu para santri seluruh dayah di Indonesia, termasuk Dayah Jeumala Amal.

Tahun ini, perayaan hari santri terasa lebih istimewa dengan adanya lomba memasak Mie Aceh, sebuah kegiatan yang bukan sekadar adu keterampilan, tetapi juga perwujudan cinta terhadap budaya daerah dan semangat kemandirian murid. Lomba masak ini menjadi bukti bahwa murid Dayah Jeumala Amal tidak hanya piawai dalam menimba ilmu, tetapi juga mampu mengolah kreativitas di berbagai bidang, termasuk seni kuliner.

Pemilihan Mie Aceh sebagai menu utama bukanlah tanpa alasan. Mie Aceh merupakan salah satu kuliner khas yang paling dikenal dari Tanah Rencong. Bukan hanya mie yang direbus, tapi juga sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal, keteladanan ulama, dan kebanggaan menjadi santri di tanah Serambi Mekkah. Di balik semangkuk Mie Aceh, tersimpan pesan kebersamaan dan kerja keras. Setiap bahan yang diracik dari bawang merah, cabai, hingga rempah-rempah menggambarkan keberagaman yang berpadu harmonis, sama seperti kehidupan di lingkungan Dayah yang menjunjung tinggi kebersamaan dalam perbedaan. Di balik pedas dan gurihnya, Mie Aceh menyimpan filosofi kehidupan yang begitu dekat dengan nilai-nilai santri, yaitu kerja keras, kesederhanaan, dan cinta terhadap tradisi. Kegiatan lomba masak Mie Aceh di Dayah Jeumala Amal menjadi salah satu cara indah untuk menanamkan semangat itu.

Dari kegiatan ini saya menyadari satu hal penting bahwa Lomba Memasak Mie Aceh bukan sekedar lomba semata, tapi ajakan untuk menyadari bahwa pelestarian budaya bisa dimulai dari hal sederhana, dari dapur santri, dari semangkuk mie yang dimasak dengan cinta dan kebersamaan. Dapur bukan lagi sekadar tempat memasak. Ia menjadi ruang belajar nilai-nilai kehidupan. Saat murid bersama-sama menyiapkan bumbu, menata bahan, dan mengatur api, di sanalah mereka belajar arti kerja sama, ketelitian, dan kesabaran. Nilai-nilai ini sejatinya sama dengan yang diajarkan di Dayah Jeumala Amal, bahwa setiap proses, sekecil apa pun, jika dilakukan dengan niat baik, bisa menjadi bentuk ibadah.

Sementara Mie Aceh sendiri menjadi simbol kuat dari identitas Aceh yang patut dijaga. Rempah-rempah yang berpadu harmonis mencerminkan keberagaman yang menyatu dalam cita rasa khas Nusantara. Setiap helai mie yang digulung dan setiap tetes kuah kari yang meresap adalah bentuk cinta terhadap warisan leluhur yang tak lekang oleh waktu.

Murid yang memasak Mie Aceh berarti sedang merawat tradisi, bukan hanya lewat resep masakan yang istimewa, tetapi lewat semangat. Mereka membuktikan bahwa menjaga budaya bukan hanya tugas seniman atau sejarawan, melainkan juga tugas setiap anak bangsa yang mencintai negerinya. Dari dapur sederhana di lingkungan dayah, lahirlah semangat besar untuk Indonesia. Semangat menjaga kearifan lokal di tengah arus globalisasi.

Dari dapur kecil dan sederhana di dayah, murid Dayah Jeumala Amal memberi pesan besar kepada para pembaca bahwa menjaga budaya adalah bagian dari ibada, dan dari semangkuk Mie Aceh pun kita bisa mencintai Indonesia dengan sepenuh hati. Hal ini sesuai dengan tema Hari Santri Nasional 2025 yaitu “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia.”

Hari Santri 2025 membawa semangat baru bagi seluruh santri di Indonesia, termasuk di Dayah Jeumala Amal. Dengan mengusung tema nasional Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia, peringatan tahun ini mengajak para murid untuk terus menjaga kemerdekaan, tidak hanya dengan doa dan ilmu, tapi juga lewat karya dan pelestarian budaya. Dari semangkuk Mie Aceh, kita akhirnya belajar makna kemerdekaan yang sesungguhnya, yaitu bebas berkreasi tapi tetap berakar pada nilai dan tradisi.
Murid Dayah Jeumala Amal telah menunjukkan bahwa untuk menuju peradaban dunia, kita bisa memulainya dari hal yang paling dekat, dari dapur dan budaya kita sendiri.

Selamat Hari Santri 2025!
Teruslah berkarya, merawat rasa, dan mengawal Indonesia menuju peradaban dunia dengan cita rasa Aceh yang mendunia. []

°❀⋆.ೃ࿔:・°❀⋆.ೃ࿔:・

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *