Seutas buah pikir oleh Thasoedi (Guru MTs)
Bapak/Ibu yang dirahmati Allah SWT. Akan datang waktu dimana pertanyaan pemantik sebagai hook membuka kelas dianggap sebagai angin lalu oleh murid-murid yang meutuah. Oleh karena itu, anda wajib punya alternatif, anekdot bisa jadi solusinya. Bahpih penulis sadar bahwasanya humor itu urusan selera, namun dua anekdot dibawah ini sudah penulis uji di berbagai medan dan situasi, Alhamdulillah hasilnya tidak pernah mengecewakan.
Misteri Kotak Kecil
Di sebuah sekolah, ada seorang murid yang setiap hari membawa kotak kecil berwarna biru.
Ia tidak pernah membukanya, bahkan saat jam istirahat sekalipun.
Teman-temannya sering bertanya,
“Eh, apa isinya kotak itu?”
Anak itu hanya tersenyum, “Nanti saja kalian tahu…”
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Semua masih penasaran.
Sampai suatu hari, anak itu pindah sekolah.
Ketika teman-teman membuka lacinya…
mereka menemukan kotak biru itu tertinggal. Dengan rasa penasaran yang memuncak, mereka membukanya perlahan-lahan.
Isinya hanyalah secarik kertas dengan tulisan:
“Terima kasih sudah penasaran.”
Misteri Bola-Bola Hitam
Di sebuah desa yang damai, hiduplah seorang ayah bersama anak laki-lakinya. Sejak kecil, sang anak tumbuh sehat dan cerdas, menjadi kebanggaan sang ayah. Namun, ada satu hal yang selalu membuat ayahnya heran.
Pada usianya yang ke-7, anak itu tiba-tiba meminta hadiah ulang tahun yang aneh.
“Ayah, belikan aku bola-bola hitam,” ucapnya penuh kesungguhan.
Ayahnya tertegun.
“Bola-bola hitam? Apa itu, Nak?”
Namun si anak hanya tersenyum tanpa memberi penjelasan lebih lanjut. Karena tak tahu harus mencari di mana, sang ayah akhirnya menggantinya dengan hadiah lain.
Waktu berjalan. Anak itu beranjak remaja. Pada ulang tahunnya yang ke-14, permintaan yang sama kembali terdengar.
“Ayah, aku ingin bola-bola hitam.”
Sekali lagi sang ayah kebingungan. Ia sudah bertanya pada banyak orang, mencari ke berbagai tempat, namun tak seorang pun tahu apa itu bola-bola hitam. Akhirnya, ia kembali memberikan hadiah lain.
Tahun demi tahun berlalu, hingga sang anak berusia 21 tahun. Saat itulah, untuk ketiga kalinya ia meminta hal yang sama.
“Ayah, bolehkah kali ini aku mendapat bola-bola hitam?”
Hati sang ayah bergetar. Ia ingin sekali memenuhi permintaan itu, tapi tetap saja tak menemukan jawabannya. Dengan rasa bersalah, ia mengganti permintaan tersebut dengan sebuah mobil baru sebagai tanda kasih sayang sekaligus permintaan maaf.
Namun, takdir berkata lain. Suatu malam, kabar duka datang. Anak laki-lakinya mengalami kecelakaan parah dan dilarikan ke rumah sakit. Sang ayah bergegas datang, menyaksikan anaknya terbaring lemah di ranjang UGD. Air mata mengalir deras di wajahnya.
Dengan suara bergetar, sang ayah berbisik,
“Nak… tolong katakan padaku… apa sebenarnya bola-bola hitam itu? Ayah harus tahu, sebelum kau pergi…”
Sang anak mencoba membuka bibirnya, matanya berkaca-kaca. Dia mencoba berucap
“Ayaaaah, sebenarnya, bola-bola hitam itu adalah……!”
Anaknya meninggal.
“Misteri Bola-Bola Hitam.”
nyanban.
