Umur Hanya Angka, Tapi Pengalaman Pertama Selalu Bikin Deg-degan!

Sebuah cakrawala pikir oleh Thasoedi (Guru MTs)

Apa iya kalau sudah berumur, kita nggak boleh lagi merasakan hal baru? Apa harus malu karena baru pertama kali mencoba sesuatu yang bagi orang lain sudah biasa? Well, kalau menurut saya, itu omong kosong.

Baru kemarin, saya (yang usianya sudah bukan lagi kategori “muda abis”) merasakan pengalaman pertama kali yang sederhana banget: naik kereta api sendirian. by the way di Kutablang, Bireuen tempat saya tinggal ada kesempatan untuk bisa merasakan naik kereta api yang rutenya cuma sampai Krueng Geukuh. Ya, bagi banyak orang, itu hal sepele. Apalagi yang hidup di perkotaan di pulau Jawa sana. Mungkin mereka sudah bolak-balik naik kereta sejak SMP, atau bahkan traveling ke luar negeri sendiri. Tapi bagi saya? Ini big deal.

Karena hidup bukan tentang seberapa wah pengalamanmu di mata orang lain. Hidup itu tentang seberapa dalam kamu bisa mensyukuri hal-hal kecil yang ternyata—buatmu—nggak kecil sama sekali.

Saya sempat mikir: “Ah, udah tua kok baru pertama kali naik kereta sendiri, nggak keren.” Saya teringat sesuatu: kita nggak bisa mengontrol pendapat orang, tapi bisa mengontrol respon kita. Jadi, kenapa harus malu? Justru ini bukti bahwa saya masih bisa belajar, masih bisa merasakan butterflies in the stomach, dan—yang paling penting—masih diberi kesempatan sama Allah untuk merasakan hal baru.

Ketika saya berdiri di peron, tangan agak gemetar pegang tiket digital (karena takut salah gerbong), jantung berdebar waktu kereta melaju—saya tersenyum. “Allah, terima kasih ya, di umur segini saya masih boleh merasakan ini.”

Bukan tentang keretanya. Tapi tentang rasa pertama kali yang nggak bisa diulang. Tentang keberanian kecil yang ternyata bikin hati berbunga-bunga. Tentang mengingat bahwa hidup ini terus memberi kesempatan, asalkan kita mau membuka diri.

Mungkin bagi kamu, pengalaman pertama itu masak sendiri tanpa gosong, pertama kali pakai aplikasi tertentu, atau bahkan pertama kali bilang “tidak” pada sesuatu yang nggak kamu suka. Apapun itu, jangan pernah remehkan.

Karena di dunia yang selalu menuntut kita untuk jadi extraordinary, justru hal-hal ordinary inilah yang bikin kita tetap manusia. Tetap rendah hati, tetap bersyukur, dan—yang paling Stoik—tetap sadar bahwa kebahagiaan itu seringnya datang dari hal sederhana.

Jadi, umur? Cuma angka. Pengalaman? Itu yang bikin hidup berwarna. Dan rasa syukur? Itu yang bikin kita tetap waras.

“Grateful for the little firsts, because they remind me I’m still alive, still learning, and still blessed.” ????

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *