Ujian dan Anugerah: Perspektif Baru tentang Peristiwa Isra Mikraj

Oleh: Muhammad Nizarullah

Malam itu, gelap membungkus Mekah. Angin membawa bisikan misteri yang tak terucap, menemani perjalanan seorang manusia biasa bernama Muhammad. Namun, malam ini bukan sekadar malam. Ini adalah malam yang melampaui batas-batas kemustahilan, perjalanan spiritual menembus dimensi yang tak terjangkau oleh akal manusia.

Isra Mikraj—sebuah peristiwa spiritual yang merentang antara ujian dan anugerah. Bagai kain yang ditenun dari benang-benang keyakinan, peristiwa ini membentangkan kisah tentang keteguhan iman yang menembus batas-batas kemungkinan. Pada malam itu, Nabi Muhammad SAW. mengalami perjalanan supernatural yang akan menjadi saksi bisu akan kekuatan spiritual yang tak terbatas.

Ujian pertama datang dalam bentuk ketidakpercayaan. Ketika Nabi menceritakan perjalanannya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dalam sekejap, masyarakat Mekah sontak meragukan kesaksiannya. Setiap kata yang diucapkan bagaikan pedang bermata dua, membelah keraguan sekaligus menguji ketabahan. Mereka yang selama ini mengenalnya sebagai sosok yang jujur, kini mempertanyakan kebenaran pengalamannya. Abu Bakar, sahabat setia, adalah salah satu yang tanpa keraguan mendukung kesaksian Nabi, menjadi penopang di tengah gempuran ketidakpercayaan.

Mekah mendidih dengan bisikan skeptis. Setiap sudut pasar penuh dengan decakan tidak percaya. Muhammad sang kekasih Khaliq baru saja menceritakan perjalanan spiritual yang mustahil—perjalanan dari Masjidil Haram ke Baitul Maqdis dalam sekejap—menembus langit hingga bertemu Allah.

Di tengah gemuruh keraguan, satu suara teguh terdengar. Abu Bakar, lelaki bertubuh kurus dengan mata tajam dan hati teguh, berdiri. “Jika Muhammad mengatakannya, maka itulah kebenaran,” ujarnya dingin, membelah kerumunan yang penuh tanda tanya.

Orang-orang terperangah. Mereka mengira Abu Bakar akan meminta bukti, mempertanyakan logika perjalanan supernatural itu. Namun, lelaki yang kelak dikenal sebagai “As-Shiddiq”—sang pembenar—julukan yang diperoleh dari sahabat setianya, justru menunjukkan iman tanpa syarat.

Saat seseorang mencemooh, “Bagaimana mungkin perjalanan seperti itu terjadi?”, Abu Bakar hanya tersenyum. Baginya, iman tidak perlu bukti empiris. Iman adalah kepercayaan yang menembus batas nalar, menembus dimensi yang tak terjangkau pikiran manusia.

Sikap Abu Bakar bukan sekadar pembelaan. Ini adalah pernyataan spiritual menyangkut ketauhidan, bahwa kebenaran tak selalu dapat diukur dengan logika sempit. Dalam sekejap, ia telah mengukir sejarah keberanian iman yang akan dikenang sepanjang masa.

Namun, di balik ujian yang mencekam, tersembunyi anugerah yang begitu agung. Perjalanan mikraj membawa Muhammad SAW. menembus langit demi langit, bertemu dengan para nabi terdahulu, hingga puncak tertinggi di hadapan Allah SWT. Perjalanan bersejarah ini sebagai bentuk hiburan bagi hati kekasih yang sedang mengalami kegundahan. Istri dan paman yang tak bersamanya lagi.

inilah waktu yang paling tepat untuk menghadiahkan sesuatu yang spesial kepadanya dan umatnya. Sesuatu yang mengantarkan umatnya bertemu dengan sosok kekasih yang paling dirindukan di dunia—Muhammad SAW.—sosok yang akan memberikan syafaat di yaumil mahsyar. Anugerah sejati akhirnya terungkap, shalat lima waktu menjadi hadiah terindah untuk diberikan kepada umat. Sebuah nikmat spiritual yang akan menjadi tiang penopang kehidupan spiritual umat Muslim sepanjang masa.

Setiap langkah perjalanan Isra Mikraj adalah metafora kehidupan manusia. Ujian bukan sekadar rintangan, melainkan pintu menuju transformasi. Ketika Nabi melewati beragam pemandangan surgawi dan neraka, ia tidak sekadar menjadi saksi, tetapi juga pembawa pesan fundamental tentang konsekuensi pilihan manusia.

Perspektif kontemporer mengajak kita membaca ulang peristiwa spiritual ini bukan sekadar ritual kenangan, melainkan panduan hidup. Di era yang penuh dengan kebisingan teknologi dan materialisme, Isra Mikraj seakan mengingatkan manusia akan dimensi spiritual yang terlupakan. Ia berbicara tentang kemampuan manusia untuk melampaui batas-batas fisik, untuk terhubung dengan realitas yang lebih dalam.

Ujian spiritual bukanlah tentang kekalahan, melainkan tentang pertumbuhan. Setiap tantangan yang dihadapi Nabi Muhammad dalam perjalanan miraculous-nya adalah kesempatan untuk menunjukkan keteguhan iman. Ia tidak sekadar menerima ujian, tetapi mentransformasikannya menjadi kekuatan, kekuatan tauhid yang tak akan tergoyahkan dengan pengaruh apapun.

Anugerah dalam Isra Mikraj tidak hanya terbatas pada pengalaman personal Nabi. Ia adalah anugerah kolektif bagi seluruh umat manusia. Hadiah shalat lima waktu—ritual spiritual yang akan menjadi penghubung antara hamba dan Khalik—adalah bukti nyata akan kasih tak terbatas. Hadiah shalat limu puluh rokaat menciut hingga lima rokaat menjadi pertimbangan Tuhan kepada umat yang tak lagi sama dengan umat sebelum Muhammad SAW.

Dalam lanskap kehidupan modern yang seringkali kehilangan arah, Isra Mikraj menawarkan kompas spiritual. Ia mengajak kita untuk senantiasa mengangkat pandangan melampaui batas-batas yang tampak, untuk percaya akan kemungkinan-kemungkinan di luar nalar. Pertanyaan-pertanyaan yang mempertanyakan keabsahan luar nalar kini dengan mudah dipatahkan dengan keteguhan tauhid.

Sang pencipta yang menjadikan malam silih berganti dengan siang, mematikan dan menghidupkan ciptaan-Nya, bukan tak mungkin hanya sekedar memindahkan kekasihnya—Muhammad SAW.—menuju ke tempat yang paling mulia di alam semesta ini. bertemu langsung dengan sang pencipta untuk menjemput hadiah istimewa yang akan menjadi lentera kehidupan umat manusia.

Peristiwa malam itu di Mekah masih menjadi pembelajaran relevan hingga saat ini. Peristiwa seorang manusia biasa yang melanglang buana hingga menembus batas-batas kemustahilan, membuat perubahan drastis dalam dunia Islam. Hari ini, kisahnya masih membisikkan pesan fundamental: bahwa setiap ujian adalah pintu menuju anugerah, dan setiap perjalanan spiritual adalah undangan untuk melampaui diri sendiri.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *