Oleh: Teuku Noufal Arrayyan
Suatu hari seorang laki-laki yang bernama Isra al-Munawar keluar dengan seekor kambing. Ia menjual kambingnya seharga satu Dirham untuk membeli tepung. Setelah ia melewati dua orang yang sedang berkelahi ia bertanya “Ada apa ini?”
Dijelaskan kepadanya bahwa mereka berkelahi hanya karena memperebutkan satu Dirham. Maka, seketika terbitlah rasa kemanusiaannya. Ia pun memberikan satu Dirham hasil menjual kambingnya itu kepada keduanya. Padahal, ia sudah tidak memiliki apa-apa lagi selain yang dimilikinya. Ia pun bergegas pulang menemui istrinya dan menceritakan apa yang baru saja terjadi.
Istrinya lantas mengumpulkan apa saja yang ada di rumah untuk dijual, tetapi semaunya tidak laku. Ia berjalan dengan gontai karena tak ada barang yang laku. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang lelaki yang membawa ikan yang sudah busuk.
Pembawa ikan itu berkata kepadanya “Engkau membawa barang yang tidak laku, begitupun aku. Bagaimana kalau aku beli barangmu dengan apa yang aku bawa ini?”
Isra pun setuju dan menukar barangnya dengan ikan lelaki tersebut. Ia pulang ke rumah dan berkata kepada istrinya, “Zaujati…, bersihkanlah ikan ini segera! karena kita hampir mati kelaparan.”
Tanpa berkata apapun, istrinya segera membersihkan ikan itu. Saat membelah perut ikan itu, ia mendapati sebutir mutiara dalam perut ikan itu. Mutiara itu Ia keluarkan seraya berkata kepada suaminya, “Zauji…, ada sesuatu yang keluar dari perut ikan ini, agaknya sebuah mutiara! Apakah kamu tau berapa kira-kira harga mutiara ini?”
“Tidak tau…” Jawabnya singkat, tapi matanya berbinar melihat mutiara itu. “Tapi aku punya beberapa kenalan yang mengerti hal seperti ini…” Isra pun mengambil mutiara itu dari tangan istrinya lalu pergi membawanya ke tempat seorang temannya yang ahli tentang mutiara. Ia mengucapkan salam kemudian duduk dan menceritakan apa yang terjadi sambil mengeluarkan mutiara tadi.
“Temanku, coba lihatlah! Berapakah kira-kira harga mutiara ini?” setelah menelitinya dengan seksama temannya menjawab, “Saya hanya mampu membelinya dengan harga empat puluh ribu Dirham…, jika kamu mau, aku akan bayar sekarang. Tapi jika kamu mau lebih dari itu pergilah ke oarang ini, karena ia akan memberikan harga yang lebih tinggi dariku.”
Ia pergi menemui laki-laki yang dimaksud oleh temannya tersebut. Setelah melihat dan memerikasanya, laki-laki itu berkata, “Saya hanya bisa membayar dengan harga delapan puluh ribu Dirham…, jika kamu mau lebih dari itu, temuilah orang ini. Saya yakin ia kan membayarmu lebih besar.”
Ia pun pergi menemuinya. Laki-laki ketiga berkata, “Saya akan membayar dengan harga seratus dua puluh ribu Dirham…, dan saya rasa tidak akan ada yang membayarnya lebih dari itu.”
Dengan penuh kerelaan ia berkata “Baiklah kalau begitu…, saya jual mutiara ini untukmu” Hari itu Isra membawa dua belas bungkusan yang di dalamnya masing-masing berisi sepuluh ribu dirham. Ia pulang dan hendak menyimpan uangnya di rumah. Namun, begitu akan masuk rumah, dilihatnya ada seorang fakir berdiri meminta di depan pintu rumahnya.
Melihat orang fakir itu langsung terbitlah rasa ibanya. Dengan mata berkaca ia berkata “Saudaraku… keadaanmu saat ini persis seperti keadaanku tadi, masuklah!” Ia lalu masuk bersama orang fakir itu. Dengan penuh keikhlasan ia berkata “Saudaraku…, ambillah separuh hartaku ini, insyaallah ini akan bermanfaat bagimu!”
Orang fakir itu mengambil enam bundel uang yang diberikan Isra dan membawanya. Namun, belum jauh berjalan ia kembali lagi dan berkata kepadanya “Saya bukanlah orang miskin…, tapi saya adalah malaikat utusan Tuhanmu untuk menemuimu! Karena engkau memberikan satu dirham kepada orang lain, Allah memberimu balasan dua puluh Qirath. Ini adalah satu Qirath yang diberikan kepadamu. Adapun yang sembilan belas Qirath Allah simpan untukmu di akhirat kelak.
Seketika Isra dan istrinya meneteskan air mata bahagia karena masa kemiskinan mereka telah berakhir dengan sembilan belas Qirath yang Allah simpan untuk mereka di hari akhirat. Dalam sekejab mereka melakukan sujud syukur dan melentangkan tangan seraya mengucap “Alhamdulillah ya Allah!” Malaikat yang tadinya menyamar sebagai orang fakir kini hilang dari pandangan mereka.[]