Suatu siang yang cerah, saya mendapat sebuah pertanyaan yang tidak dapat dielak. “Ustad, penulisan Maha Agung atau Mahaagung?”. Pertanyaan itu datang dari salah satu guru senior yang mengaku sudah mencari jawabannya kesana kemari. Pertanyaan yang menarik dan membuat saya berpikir untuk menjawabnya melalui tulisan ini saja. Berbekal up to date tentang dinamisme ketentuan pemakaian EYD dan PUEBI setiap tahunnya, juga setelah meriset dari semua sumber yang ada, maka dapat saya uraikan bahwa Maha Agung lah penulisan yang benar. Lah kok gitu?
Begini, 16 Agustus 2022 adalah hari pengesahan EYD Edisi Kelima. Sebelum EYD Kelima diberlakukan, berarti masih menggunakan PUEBI, ketentuan penulisan kata maha adalah sebagai berikut. Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital. Misalnya:
- Kita berdoa kepada Tuhan yang Maha Pengampun.
- Marilah memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Penyayang
Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai. Misalnya:
- Tuhan Yang Mahaagung abadi selamanya.
- Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Lalu, bagaimana ketentuan penulisan kata maha dalam EYD Kelima? Ketentuan dalam ejaan terbaru ini penulisan kata maha lebih sederhana.
Bentuk terikat maha- dan kata dasar atau kata berimbuhan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital sebagai pengkhususan. Misalnya:
- Yang Maha Pengasih
- Tuhan Yang Maha Agung
- Tuhan Yang Maha Pemberi Rezeki
- Yang Maha Esa
- Tuhan Yang Maha Kuasa
Semoga bermanfaat. nyanban.
Referensi;
- EYD Edisi Kelima, 2022, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek, RI.
- Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), 2021, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek, RI.