Oleh Azmi Abubakar
Pengajar Sejarah Islam
Jika menyebut nama ksataria Islam, maka kita mesti menyebut nama Khalid Bin Walid, tidak ada pertempuran yang dipimpin Khalid kecuali mendapatkan kemenangan. Bagaimana kemudian dengan perang Uhud? dimana Khalid masih kafir kala itu, apakah Khalid di pihak kafir mendapatkan kemenangan?
Pernyataan Khalid sebagai pemimpin perang memang adalah fakta, jika bicara Uhud sebenarnya Khalid bukan pemimpin puncak, yang menjadi pemimpin Uhud di pihak kafir adalah Abu Sufyan. Dalam perang Uhud juga Rasulullah dan kaum muslimin tidak bisa disebut sebagai pihak yang kalah. Jika Rasul kalah, berarti Quraisy menang, tapi itu tidak terjadi. Banyak sejarawan yang menyimpulkan bahwa Rasul dan kaum muslimin kalah di perang Uhud.
Klaim kemenangan Quraisy di Uhud dilakukan Abu Sufyan sebagai bentuk propaganda. Setelah Rasulullah berhasil bertahan dari kepungan Quraisy dan naik ke gunung Uhud. Ada 3000 pasukan Quraisy mengepung 600 pasukan Rasulullah. Logikanya Quraisy bisa menang telak, apagi pasukan kaum muslimin formaturnya sudah kacau balau.
Abu Sufyan berhenti disitu, lalu berteriak “wa fikum Muhammad?” beliau bertanya, dan tidak ada yang menjawab, “Wa fi kum Umar”, adakah Umar disini, lalu Umar menjawa bahwa semua yang kamu sebut ada disini. Sebenarnya Abu Sufyan ingin optimius menghibur diri. Abu Sufyan merespon: Perang sampai disini, peperangan kita sudah berbalas. Kami menang di Uhud. Pendeklarasi kemenangan sepihak, karena itu sangat penting bagi Abu Sufyan mengungkapkan itu, hingga selanjutnya ia mengungkapkan hal itu kepada Herkel, Kaisar Romawi.
Selain menewaskan 70 orang dari kaum muslimin, apa kemudian prestasi dari Quraisy yang lain? Justru kemudian Quraisy cepat cepat meninggalkan Uhud dan pulang. Tidak ada harta kaum muslimin yang menjadi ghnaimah bagi Quraisy sebagai tanda kemenangan mereka? Abu Sufyan sadar bahwa ia tidak mencapai target utamanya dalam perang, nama-nama yang ia sebut masih hidup.
Dalam masa yang sangat genting Rasulullah Saw berhasil menyamakan pasukannya yang tidak lagi sesuai dengan formatur naik ke atas bukit. Abu Sufyan kemudian menantang kembali agar berjumpa di Badar. Quraisy benar benar panik makanya cepat cepat meninggalkan Uhud. Fakta bahwa kaum muslimn mendapat kerugian benar adanya, kehilangan 10 persen dari jumlah pasukan, tapi kaum muslimin tidak kalah.
Quraisy sebenarnya sangat pragmatis dalam kehidupamnya, agama hanya untuk transaksional saja, pernah mereka menawarkan Rasulullah agar tahun ini kami ikut agamamu, tahun depan kamu ikut agama ku, lalu turun surah al-Kafirun. Dari sini, Quraisy sebenarnya sudah melakukan hitung hitungan dalam perang, mereka mengeluarkan banyak biaya karena yang ikut perang adalah penguasa Quraisy. dengan harapan kemenangan Quraisy, maka Madinah sebagai transit perdagangan dapat mereka rebut kembali. Karenanya Abu Sufyan melakukan propoganda kemenangan. Bahwa tradisi dalam bangsa Arab itu adalah suku yang kuat akan diikuti dan suku yang lemah dan kalah perang akan di ganggu, benar saja setelah propaganda kemenagan Uhud oleh Abu Sufyan datang suku yang dipimpin Musailamah menyerang Madinah yang dapat dipatahkan melalui kepemimpinan Abu Salamah.