Hikmah Kisah Yusuf  dalam Al-Qur’an

Oleh: Azmi Abubakar, Lc, MH

Pergajar Sejarah Islam di Dayah Jeumala Amal

Al-Qur’an berisi banyak kisah kisah yang menjadi ibrah (pelajaran) bagi manusia. Sepertiga dari isi Al-Qur’an memuat kisah para Nabi, orang salih dan kaum yang telah diazab Allah. Kisah kisah ini mencakup segala aspek kehidupan umat manusia. Salah satu kisah yang merupakan kisah terbaik (ahsanul qasas)  adalah kisah Nabi Yusuf alaihissalam. Ada hikmah kehidupan yang terdapat dalam kisah ini. Hikmah dari kisah ini diantaranya kehidupan manusia tidak selamanya pahit, jika dijalani dengan landasan ketaqwaaan dan kesabaran maka kehidupan  di dunia akan berbuah manis.

Al-Qur’an menyebutkan kisah Nabi Yusuf  ini adalah kisah  nyata kehidupan. Kisah Nabi Yusuf  mengambarkan berbagai persoalan kehidupan dari pahit, susah, sedih hingga dikahiri dengan kebaikan dan kebahagiaan. Oleh karenanya Atha bin Rabiah menyebutkan siapa saja yang membaca surah Yusuf maka akan hilang sedihnya.

Allah Swt berfirman dalam Surah Yusuf ayat 111:

لَـقَدۡ كَانَ فِىۡ قَصَصِهِمۡ عِبۡرَةٌ لِّاُولِى الۡاَلۡبَابِ‌ؕ مَا كَانَ حَدِيۡثًا يُّفۡتَـرٰى وَلٰـكِنۡ تَصۡدِيۡقَ الَّذِىۡ بَيۡنَ يَدَيۡهِ وَتَفۡصِيۡلَ كُلِّ شَىۡءٍ وَّهُدًى وَّرَحۡمَةً لِّـقَوۡمٍ يُّؤۡمِنُوۡنَ

Artinya: “Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Alqur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

Imam Zamakhsyari dalam  Tafsir al Kasyaf,  hal. 250  menjelaskan:

الْمُرَادُ بِأَحْسَنِ الِاقْتِصَاصِ:أَنَّهُ اقْتَصَّ عَلَى أَبْدَعِ طَرِيقَةٍ وَأَعْجَبِ أُسْلُوبٍ;أَلَا تَرَى أَنَّ هَذَا الْحَدِيثَ مُقْتَصٌّ فِي كُتُبِ الْأَوَّلِينَ وَفِي كُتُبِ التَّوَارِيخِ وَلَا تَرَى اقْتِصَاصَهُ فِي كِتَابٍ مِنْهَا مُقَارِبًا لِاقْتِصَاصِهِ فِي الْقُرْآنِ

Artinya: “ Yang dimaksud dengan kisah yang paling baik adalah yang diriwayatkan dengan cara yang paling baik dan dengan gaya bahasa yang paling indah. Tidakkah kalian melihat bahwa kisah ini diriwayatkan dalam kitab-kitab terdahulu dan dalam kitab-kitab sejarah, dan kalian tidak akan melihat kisah ini diriwayatkan dalam kitab-kitab tersebut yang lebih dekat kepada Al-Qur’an sebagaimana yang diriwayatkan dalam Al-Qur’an.”

Selanjutnya Rasulullah menjadikan kisah Nabi Yusuf sebagai inspirasi dalam kehidupan, maknanya kisah Nabi Yusuf menjadi hiburan bagi Rasulullah Saw dikala menghadapi berbagai macam tantangan dakwah. Dilihat dari asbabun nuzulnya, maka surah ini turun ketika tahun kesedihan (amul huzni), dimana istri dan paman tercinta Rasulullah Saw wafat. Selanjutnya kisah Nabi Yusuf menjadi kunci menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi Rasul. Hal ini terlihat ketika peristiwa Fathul Makkah, dimana Rasulullah Saw memaafkan kalangan Quraisy yang awalnya sangat keras memusuhi Rasulullah Saw. 

Hal ini sebagaimana kisah Nabi Yusuf sendiri memaafkan saudara-saudaranya yang dulu berbuat makar terhadap dirinya.  Allah Swt berfirman dalam Surah Yusuf ayat 92:

قَالَ لَا تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَۗ يَغْفِرُ اللّٰهُ لَكُمْۖ وَهُوَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ

Artinya: Artinya: “Dia (Yusuf) berkata: “Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang”.

Imam At Tabari menjelaskan dalam Tafsir At Tabari, Hal, 247:

قَالَ يُوسُفُ لِإِخْوَتِهِ:لَا تَثْرِيبَ يَقُولُ:لَا تَعْيِيرَ عَلَيْكُمْ وَلَا إفْسَادَ لِمَا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ مِنْ الْحُرْمَةِ وَحَقِّ الْأُخُوَّةِ وَلَكِنْ لَكُمْ عِنْدِي الصَّفْحُ وَالْعَفْوُ

Artinya: “Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya: Tidak ada cercaan atas kalian artinya tidak ada cercaan atasmu artinya  tidak ada cela pada kalian dan tidak ada yang merusak apa yang ada di antara kalian dan aku dalam hal kesucian dan persaudaraan, tetapi kalian memiliki pengampunan dan maaf dariku.”

Begitu halnya Rasulullah Saw  selalu mengedepankan pemaafan dan kasih sayang dalam menyelesaikan perkara dengan Quraisy.  Disebutkan oleh Syekh Muhammad bin Yusuf dalam Subulul Huda war Rasyad fi Sirah Khairil ‘Ibad, hal. 220: 

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ-صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَذَبَ سَعْدٌ يَا أَبَا سُفْيَان، الْيَوْمُ يَوْمُ الْمَرْحَمَة، الْيَوْمُ يَوْمٌ يُعَظِّمُ اللَّهُ فِيهِ الْكَعْبَة، الْيَوْمُ يَوْمٌ تُكْسَى فِيهِ الْكَعْبَة، الْيَوْمُ يَوْمٌ أَعَزَّ اللَّهُ فِيهِ قُرَيْشًا

Artinya: “Rasulullah Saw  bersabda, “Saad telah berbohong wahai Abu Sufyan, hari ini adalah hari kasih sayang, hari ini adalah hari yang di dalamnya Allah memakmurkan Baitullah, hari ini adalah hari yang di dalamnya Allah menghias Baitullah, dan hari ini adalah hari yang di dalamnya Allah memuliakan Quraisy.”

Riwayat ini berkaitan tentang panglima perang Saad bin Abu Ubadah yang menyebutkan hari Fathul Mekkah sebagai hari pembalasan, lalu Abu Sufyan mempertanyakan itu kepada Rasulullah. Rasulullah menyebutkan bahwa hari Fathul Mekkah tersebut adalah hari kasih sayang.  Dari sini dapat kita pahami bahwa kisah Nabi Yusuf ini menjadi inspirasi Rasululah dalam menghadapi kaumnya.

Belajar dari kisah Nabi Yusuf yang mengalami perjuangan pahit kehidupan namun pada akhirnya mendapatkan kemenangan di sisi Allah, menunjukkan bahwa tidak selamanya kehidupan itu pahit. Ada masanya kehidupan akan berbuah manis dengan diiringi  ketaqwaan kepada Allah Swt dan menjauhi segala kemaksiatan. Dalm hal ini, Nabi Yusuf  mengalami banyak  tantangan dan ujian. Kelak ujian tersebut  berbuah manis, dimana Nabi Yusuf mendapatkan kedudukan terhormat dan kemuliaan. 

Nabi Ya’kub  bersikab  sabar manakala Nabi Yusuf diambil oleh saudaranya karena hasad, bahkan awalnya ingin dibunuh hingga akhirnya dibuang ke sumur. Allah Swt berfirman dalam Surah Yusuf ayat  16-18:

وَجَاءُوا أَبَاهُمْ عِشَاءً يَبْكُونَ  قَالُوا يَا أَبَانَا إِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَأَكَلَهُ الذِّئْبُ وَمَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ  وَجَاءُوا عَلَى قَمِيصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ

Artinya: “Kemudian mereka (ke-10 saudara Nabi Yusuf) datang kepada ayah mereka (Nabi Ya’qub) di sore hari sambil menangis. Mereka berkata: “Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami. Lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar.” Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya’qub berkata: “Sebenarnya diri kalian berbuat sesuatu yang membuat diri kalian nyaman; Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.”

Imam Al Jassas menjelaskan dalam Ahkam Al-Qur’an Lil Jassas, hal 382:

فَصَبْرٌ جَمِيلٌ يُقَالُ:إِنَّهُ صَبْرٌ لَا شَكْوَى فِيهِ

Artinya: “Ini adalah kesabaran yang indah, yang dikatakan sebagai kesabaran yang tidak ada keluh kesah.”

Hal ini bermakna kesabaran Nabi Ya’kub adalah bentuk kesabaran yang indah, yang di dalamnya tidak pernah mengeluh, jadikan ini sebagai pengingat kepada kita dalam bersabar. Dari kisah Nabi Yusuf ini seyogyanya menjadi pelajaran kepada kita, bahwa ujian kehidupan yang kita alami belum ada apa-apanya dibanding perjuangan hidup Nabi Yusuf, karenanya inspirasi kisah Nabi Yusuf ini kiranya menjadi penyemangat kepada kita dalam menjaga hablun minallah (hubungan dengan Allah Swt) dan hablum minannas (hubungan dengan manusia). Semoga kita mampu memiliki bentuk kesabaran yang indah, ketaatan dan semangat memaafkan sebagaimana teladan Nabi Yusuf. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *