Oleh Muhammad Dany, Lc
Mahasiswa Pascasarjana Univ. Al-Azhar, Alumni DJA tahun 2018
Bagiku dan teman-teman seperjuangan, Ramadan tahun 1445 H ini merupakan Ramahan yang penuh dilema, bagaimana tidak kali ini kami dihadapkan dengan ujian pertengahanan semester, bertepatan tiga pekan awal bulan Ramadan.
Ujian saat ramadan banyak menuai kritikan dari kebanyakan mahasiswa dengan dalil Ramadan adalah bulan untuk fokus beribadah, fokus khatamin Qur’an, qiyamullail dan lain-lain.
Pernah di suatu malam aku dihadapkan dengan dua pilihan lumayan berat, salat tarawih dan diktat kuliah tidak habis baca atau habis baca diktat tanpa salat tarawih. Pertanyaan itu terus terulang-ulang dibenakku bagaikan pertanyaan mana yang lebih awal telur atau ayam.
Namun di saat itulah aku diingatkan kembali oleh kalamnya Imam an-nawawi rahimahullah pada muqaddimah masterpiecenya Minhaj Ath-Thalibin;
“فإن الاشتغال بالعلم من أفضل الطاعات”
Artinya: Maka sesungguhnya menyibukkan diri dengan ilmu merupakan sebaik-baiknya thaat”.
Akhirnya keputusanku bulat untuk tidak melaksanakan shalat Sunnah tarawih pada malam itu. Dilain kesempatan aku diingatkan lagi oleh kalamnya Imam Ibnu hajar al-haitami dalam kitabnya tuhfatul muhtaj:
” إن العلم طلبه أفضل فروض الأعيان، و العلم الذي هو فرض الكفاية طلبه أفضل فروض الكفايات، و العلم الذي هو مندوب طلبه أفضل منضوبات”
Artinya: Sesungguhnya ilmu (Fardu ain itu) menuntut ilmu tersebut merupakan sebaik-baiknya amalan Fardu ain, dan menuntut ilmu yang Fardu kifayah merupakan sebaik-baik amalan Fardu kifayah, dan menuntut ilmu yang Sunnah merupakan sebaik-baik amalan Sunnah”
Ini cukup mengubah mindsetku yang awalnya berpikiran kalau ujian di bulan Ramadhan menghambat Fadhil a’mal, malah sebenarnya sedang mendapatkan ‘Durian Runtuh’. Alhamdulillah rezeki anak Sholeh! semoga amalan ibadah Fardu kifayah selama ini maqbul.
Dikisahkan pula mengenai keagungan menyibukkan diri dengan ilmu, imam asy Syafi’i yang sempat meninggalkan salat malam demi mengkaji suatu masalah ilmu, “Semalam aku memang tidak menunaikan shalat tahajud. Sebabnya, ketika aku hendak tidur, aku melihat seakan-akan Al Qur’an dan hadits terpampang di depan mataku. Aku pun menghabiskan malam dengan melakukan istinbath hukum. Alhamdulillah, tujuh puluh dua masalah Fiqih dapat kuselesaikan dalam semalam. Insya Allah semuanya bermanfaat bagi kaum muslimin,” jawab Imam asy Syafi’i menjawab kebingungan muridnya Imam Ahmad bin Muhammad bin Hambal.
Alhasil kini Ramadhan memasuki hari ke 24, bacaan Al-Quran belum sekalipun ku khatamkan, semoga masih bisa ‘comeback‘ untuk mengkhatamkan Al Qur’an di penghujung Ramadhan ini.