Oleh : Nur Huda Kautsar
Mahasiswa Tingkat 2 Fakultas Al-Qur’an Wa ‘Ulumihi, Universitas Al-Quranul Karim, Sewun, Yaman, Alumni Dayah Jeumala Amal Tahun 2019.
Ramadan menjadi salah satu momentum teristimewa bagi masyarakat yang ada di Kota Ribuan Wali ini, termasuk Warga Negara Indonesia yang bermukim di sana. Bagaimana tidak, di bulan ini, masyarakat Tarim benar-benar mengamalkan hadits nabi Muhammad, saw. tentang keutamaan bulan Ramadan dan cara untuk mendapatkan hal berharga darinya. Sehingga, kita akan mendapati masji-masjid di kota ini, pada bulan Ramadan, lebih ramai dari pada hari-hari biasanya.
Di samping itu, kita juga akan mendapati dimensi waktu di kota Tarim, saat bulan Ramadan, seakan terbalik. Siang menjadi malam, dan malam menjadi siang. Bagaimana tidak, hampir seluruh toko-toko dan pegawai diliburkan pada siang hari (kecuali sedikt sekali), dan kebanyakan akan dibuka setelah salat maghrib, kemudian ditutup kembali saat berlangsunya salat Tarawih di Masjid sekitar tempat toko-toko itu berada.
Ketika anda berada di kota Tarim, pasti anda akan mendengar istilah ”Tarawih 100 Rakaat”
Maksudnya gimana tu?
Salat Tarawih disini tidaklah berbeda dengan salat Tarawih pada umumnya, yaitu 20 rakaat. Namun, masyarakat Kota Tarim biasa melaksanakan salat tarawih dengan waktu yang beragam sebagaimana jadwal yang telah ditetapkan oleh beberapa masjid setempat, tercatat ada sekitar 48 masjid yang menjadwalkan salat tarawih berjamaah. Jadi, ada sebagian masjid yang melaksanakan salat tarawih seusai salat isya’ secara berlangsungan tepat jam 8 malam, ada pula yang melaksanakan nya pada pukul 9-10 malam, dan seterusnya bergantian hingga jam 2 larut malam, dan dari sini muncul istilah salat taraweh 100 rakaat.