Oleh: Ustz. Busra Idris, S.Pd
Hari ini, ulangan semester pertama saya adakan untuk seluruh murid kelas 2 tingkat MTs. Ada 3 kelas yang akan mengikuti ujian. 30 soal Multiple Choice dan isian singkat yang telah saya masukan dalam aplikasi Quiziz siap dihadiahkan kepada anak-anak. Kegiatan ini membutuhkan komputer dan jaringan Wifi, maka tempat yang paling cocok untuk ulangan kali ini adalah ruang Lab. Bahasa yang berada di lantai 3.
Semua murid senang sekali memasuki ruangan ini walaupun itu untuk ujian. Entah apa sebabnya nya. Entah karena ada jaringan wifi atau karena lain lain.
Ujian berjalan dengan lancar, walaupun beberapa harus ikut remedial karena nilainya di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Setelah semuanya selesai, tibalah waktu pulang. Saya meminta seorang siswi, Nida namanya, untuk mengunci pintu Lab. Tapi gemboknya tidak berada di tempat semula. Saya dan anak-anak mencari keseluruh ruangan, bahkan sampai mencarinya ke ruangan Lab Putra. Di sini, lab Putra dan Putri dipisah supaya tidak ada kisah kasih di sekolah. Ternyata di Lab Putra pun tak ada. Saya dan anak- anak mencoba memanggil anak-anak kls 2-6 dan 2-7 yang lebih dulu memakai Lab, namun mereka sudah pulang duluan.
Apa mungkin ketinggalan di kantor sewaktu jam istirahat tadi? Pikir saya. “Ya sudahlah, kalian pulang duluan, biar saya coba cari di kantor dulu, mungkin ketinggalan disana”,tegas saya kepada anak-anak. Saya menyuruh anak- anak pulang lebih dulu. Lalu saya yang berada di lantai 3 turun dengan cepat menuju kantor, mungkin saja gemboknya berada disana. Setelah tiba di kantor, saya mencari di atas meja, laci, di dalam loker, tas, juga tidak terlihat gembok Meutuah tersebut.
Biasanya orang-orang kehilangan kunci, tapi saya kehilangan gembok.
Saya menghubungi kepala Lab. Bahasa, Ustadz Rahmadani, mengabarkan Lab yang tidak terkunci karena kecerobohan ini. Saya benar-benar menyesal dan meminta maaf. Beliau mengatakan tidak mengapa nanti akan dicari kembali oleh beliau. Atau, beliau akan memasang gembok yang lain. Namun, hati saya masih tak kunjung tenang, masih ada yang mengganjal.
Beberapa rekan guru yang sedang memeriksa lembaran jawaban di kantor juga menawarkan gembok milik mereka. Saya bersyukur dan kembali ke lantai 3 untuk mengunci pintu Lab kembali. Begitu banyak barang berharga di sini. Tidak mungkin saya biarkan pintunya terbuka begitu saja. Semua komputer dan penunjangnya masih sangat baru. Saya mengakui Kepala Sekolah kami memang sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang IT.
Saya berjalan hampir seperti berlari, tanpa membawa apapun selain gembok bahkan juga hp. Saya mulai memasangkan gembok ke pintu. Tetapi saya keburu teringat belum memeriksa laci guru di dalam Lab. Bisa saja gembok itu secara tidak sengaja saya simpan di sana.
Saya masuk kedalam, lalu tiba-tiba DHUUMM pintu tertutup sendiri. Seolah-olah ada yang mendorong dengan sengaja. Pintu ruangan Lab ini memang special bila ia tertutup maka tidak akan bisa lagi dibuka dari dalam. Anda harus menemukan seseorang untuk membukakannya dari luar. Sama seperti kamu yang kalau patah hati susah move on.
Saya terkunci di dalam ruangan sendirian tanpa hp dan tanpa kamu. Hari gini lebih baik ketinggalan dompet dari pada ditinggalin kamu eh.. dari pada ketinggalan hp.
Saya menghidupkan komputer yang kebetulan terkoneksi jaringan wifi, coba menghubungi seseorang melalui WA Web ternyata dia minta barcode. Lalu saya coba log in google mail juga diminta konfirmasi melalui hp. Mungkin ini berlaku supaya akun kamu tidak dibajak orang lain. Selanjutnya, saya melirik ke jendela. Dia terlihat pas sekali dengan ukuran badan saya alias tidak muat.
Minta tolong…
Bersambung…