MENCINTAI TANPA SYARAT

Oleh: M. Hanafiah, S.Pd

Kompetisi Sains Nasional (KSN) dan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) baru saja selesai digelar. Para juara disambut dengan gegap gempita. Layaknya pahlawan yang baru pulang dari medan juang. Bukan hanya bagi murid hebat yang mampu menunjukkan kelasnya, namun juga untuk guru yang selama ini berada di belakang kesuksesan mereka. Eforia ini sangatlah wajar mengingat lelahnya perjuangan yang mereka lalui untuk meraih tiket sang juara.

Tidak ada yang berlebihan ketika semua prestasi yang diraih oleh murid diapresiasi sebesar-besarnya. Hal ini sebagai rasa bangga atas raihan prestasi, juga dimaksudkan sebagai motivasi bagi yang lainnya. Namun, terasa miris apabila kebanggaan kita hanya tertuju pada mereka yang telah mengukir prestasi gemilang saja. Pada sisi yang berbeda kita memiliki begitu banyak murid yang lain, tak jarang mereka juga harus berjuang untuk menunjukkan eksistensi dirinya melalui hal-hal yang berbeda. Seperti usaha mereka untuk selalu mau mendengar ocehan kita meski terasa tak nyaman. Tetap semangat belajar walau mereka tak pernah paham dengan yang kita ajarkan. Ada juga murid yang duduk paling depan, selalu siap membantu menghapus papan tulis atau sekedar mengambil barang-barang guru yang tertinggal di kantor. Tidakkah mereka juga istimewa?

Sejatinya setiap murid itu istimewa. Dengan kapasitas yang telah Allah gariskan untuknya. Namun, jarang sekali diperhatikan apalagi diapresiasi. Konon lagi ada jargon “kalau mau di kenal guru, murid itu harus pintar atau bandel.” Seolah itu menjadi syarat untuk diperhatikan. Anak-anak pintar akan menjadi kebanggan para guru selalu disanjung dan dipuji. Seolah mereka sempurna tak ada cela sedikit pun. Sedangkan, anak-anak bandel akan berada pada posisi selalu dicaci atau dibenci. Seakan tidak ada kebaikan secuil pun dalam diri mereka.

Sebagai seorang guru yang profesional, kita haru ingat. Tidak semua anak, Allah takdirkan menjadi ahli dalam satu bidang. Belum lagi harus berprestasi pada bidang tertentu seperti olimpiade science dan teknologi. Banyak anak yang memiliki kemampuan terbatas sehingga dia hanya bisa menjadi objek yang cenderung terlupakan. Tidak akan ada pujian yang menghampiri mereka. Seolah ada syarat khusus bahwa sang juaralah yang pantas dicinta. Kadang perasaan tidak dihargai inilah menjadikan banyak murid yang mencoba mencari perhatian dengan berbuat ulah. Kondisi ini muncul ketika anak-anak yang diklaim bandel dan pembuat onar.

Profesi guru merupakan profesi teristimewa. Guru harus memiliki sifat-sifat yang istimewa. Karena berhubungan dengan sesuatu yang unik dan terus bergerak. Tidak mungkin dengan kemampuan apa adanya kita mampu mengendalikan dan mengembangkan potensi unik yang dimiliki murid. Ada seribu macam karakteristik dan kemampuan dari setiap murid yang tidak mungkin bisa di selesaikan dengan satu cara.

Menurut Prof. Dr. H. Mahmud Yunus bahwa “Guru harus berusaha mempunyai sifat-sifat sebagai berikut, yaitu: Guru harus mengasihi murid-murid seperti mengasihi anaknya sendiri; hubungan antara guru dan murid haruslah baik dan erat; guru harus memerhatikan keadaan anak-anak dan mempelajari jiwa kanak-kanak; guru haruslah menjadi contoh bagi keadilan, kesucian, dan kesempurnaan; guru harus jujur dan ikhlas; guru haruslah berbicara dengan murid-muridnya dengan bahasa yang dipahami oleh muridnya; guru haruslah memikirkan pendidikan akhlak; dan guru haruslah mempunyai kepribadian yang kuat.” 

Dari penjelasan di atas, dipahami bahwa guru tidak hanya terbatas mentransfer ilmu. Apalagi menjadi orang-orang yang hanya peduli pada hasil tanpa melalui proses. Guru harus menjadi menjadi garda terdepan dalam pengembangan murid. Kehadiran guru sangat urgen karena setiap hari berhubungan langsung dengan murid. Semua sikap, tingkah laku dan pola pikirnya akan menjadi acuan dalam perkembangan diri murid. Tanpa membedakan kemampuan, kepribadian dan status sosial mereka.

Seringnya menilai murid dari kemapuan kognitif merupakan sebuah ketidakadilan. Tidak semua anak, Allah anugerahkan kemampuan pada tingkat yang sama. Banyak anak yang kemampuan kognitif kurang, tetapi kadang memiliki kemampuan psikomotorik yang memadai atau bahkan kemampuan afektif mereka yang sangat bagus dan seharusnya mereka juga patut diapresiasi.

Guru harus tahu bahwa kesuksesan tidak mutlak menjadi milik anak-anak yang pintar. Banyak anak-anak yang biasa saja menjelma menjadi sosok yang luar biasa ketika mereka dewasa. Pun demikian, anak-anak yang telah disematkan dengan atribut kebandelan. Yakinlah, Allah yang maha membolak-balikkan hati manusia. Maka selayakanya sebagai guru terus berusaha membimbing dan mengarahkan mereka. Allahlah yang maha merobah, bukan guru. Tugas guru terus membimbing dan mengarahkan. Tak perlu mengklaim atau menghakimi. Apalagi meyakini bahwa mereka sumber dari segala masalah, atau ‘sampah’ yang harus dijauhi atau dimusnahkan disekitar kita. Mereka selayaknya anak lain yang juga harus kita perhatikan walau mungkin hanya secuil kebaikan yang mereka tunjukkan. Yakinlah, ketika mereka menyadari kekeliruran mereka, justru saat itulah kita merasa lebih berharga. Mungkin saja Allah memilih kita menjadi media perobahan dari murid murid kita. Janganlah menjadi guru yang gila hormat.

Guru harus hadir sebagai sosok dewasa yang memberikan kenyamanan dan keyakinan diri bagi murid. Setiap pribadi memiliki makna. Apalagi ketika mereka mampu memaksimalkan kebaikan dalam diri mereka, mereka layak diapresiasi. Usaha-usaha mereka menjadi pribadi yang lebih baik harus terus dibimbing dan dipacu tanpa harus memojokkan atau pun merendahkan. Sikap baik dan buruk mereka harus kita sikapi dengan tepat. Jangan pernah berpikir untuk mencoret nama mereka dalam daftar murid. Mungkin saja suatu hari nanti mereka menjelma orang istimewa yang begitu dekat dan sangat respek dengan kita. Tentu saat itu kita akan menyesali telah menyia-nyiakan mereka.

Di momen hari guru, mari kita menjadi guru yang lebih bijak. Cintailah murid tanpa syarat. Selalu yakin tidak ada hal yang sia-sia dari sebuah usaha untuk mendidik, membimbing dan mengarahkan murid dengan penuh cinta dan kasih sayang. Semoga saya, kamu dan kita terus sukses menjadi guru teristimewa bagi murid murid kita. Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *