Oleh: Khairan Rafi (Murid Kelas XI MA)
Pemilu harus memberikan peluang sepenuhnya kepada semua parpol untuk bersaing secara bebas, jujur dan adil. Pelaksanaan Pemilu betul-betul dimaksudkan untuk memilih wakil-wakil rakyat yang berkualitas, memiliki integritas moral dan yang paling penting wakil-wakil tersebut mencerminkan kehendak rakyat. Saat ini partai politik (parpol) sudah mulai bergerak, sejumlah nama calon presiden terus bermunculan, hingga agenda pengkaderan politisi terhadap generasi muda satu tarikan nafas momentum pemilu 2024.
Ini menjadi peluang pemuda untuk menjadi pemimpin dalam perlehatan politik 2024 mendatang. Telah menjadi sebuah keniscayaan bahwa pemuda merupakan harapan bangsa, agama dan negara, sekaligus sebagai penerus estafet kepemimpinan. Bukan sesuatu yang mustahil bagi negara ketika jabatan Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota diisi oleh kalangan pemuda, begitu juga dengan para santri.
Kaum santri yang kerap dianggap sebagai muslim yang taat dan bermoral, tidak boleh ikut-ikutan menganggap politik itu kotor. Justru santri yang harus mengontrol politik agar tetap berada pada jalur kebaikan. Negara justru harus dipegang oleh orang yang berkualitas seperti santri. Santrilah yang punya kendali iman, teladannya adalah Nabi Muhammad SAW. Sifat-sifat nabi yang mesti menjadi moralitas politik santri. Dengan bersikap siddiq (jujur), amanah (bisa dipercaya), tabligh (memenuhi hak rakyat), dan fathanah (cerdas). Hal ini menunjukkan bahwa di tangan para santri politik bisa membawa rahmat bagi seluruh manusia.
Jalan santri untuk berpolitik dan mendapat jabatan politik strategis di lembaga pemerintahan tidak semudah membolak-balik telapak tangan, ia harus berjuang, membutuhkan serangkaian tindak-lanjut, keterwakilan hingga persetujuan kolektif. Santri diharapkan untuk berkiprah di sektor politik. Sejarah bangsa Indonesia telah membuktikan bahwa perjuangan gerakan santri Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan melawan penjajah. Di antaranya K.H Abdul Wahid Hasyim yang menjadi anggota BPUPKI dan ikut mendirikan RI bersama Bung Karno dann kawan-kawan. Serta Gus Dur yang pernah menjadi presiden Indonesia ke-4 juga berasal dari kalangan santri.
Lantas apakah masyarakat masih ragu untuk percaya dan menaruh harapan kepada pemuda santri untuk diberikan amanah sebagai pemimpin hari ini? Tak usah diragukan kemapanan santri untuk memimpin dari segi integritas (kemampuan), kredibilitas (kepercayaan), leadership (kepemimpinan) dan spirit politik.
Kontestasi politik harus dijadikan pintu masuk. Inilah momen bagi santri yang telah mampu ambil bagian penting dalam perubahan bangsa dan negara. Jangan sampai santri menjadi manusia yang sering mengeluh terhadap realita namun tidak melakukan apa-apa. Jika ingin Indonesia berubah, caranya adalah menjadi bagian dari sistem perubahan. Santri dididik untuk memberi solusi bagi problem masyarakat, santri harus hadir dengan jawaban terhadap segala persoalan zaman.
Tegaknya NKRI tidak terlepas dari kiprah para santri. Pada masa penjajahan, organisasi-organisasi pemuda santri mengobarkan semangat rakyat untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Termasuk yang paling heroik, yang kemudian melahirkan hari Santri Nasional 22 Oktober yang menjadi cikal-bakal dikeluarkan maklumat “Resolusi Jihad” oleh Hadratus Syeikh K.H Hasyim Asy’ari, pendiri NU (Nahdhatul Ulama). Yang sekarang masih diperingati setiap tahun hingga saat ini.
Jadi, selama kekuasaan politik itu digunakan untuk menghentikan kezaliman, mengarahkan watak manusia melalui pendidikan, untuk menolong yang terzalimi. Pasti hasilnya luar biasa bagi perubahan. Dan para santri perlu berada di pusaran kekuatan ini meskipun tidak harus semua santri terjun kedalam sana. []