Oleh: Dauria Edba (XI MA)
Saat senja mulai tenggelam di pangkuan malam, langit bertaburan dengan bintang. Aku termenung memandangi sebuah bingkai yang di dalamnya ada gambar aku, ayah, dan ibu. Terlintas di pikiranku tentang rindu, belum lama aku memandangi bingkai itu tiba-tiba, “Arkan” panggil ibu dengan lembut seraya duduk disampingku. “Iya bu” sahutku. “Apa kau merindukan kehadiran ayahmu nak?” Ibu bertanya kepadaku dengan menatap lekat bola mata hitam yang sudah berkaca-kaca ini. Aku hanya bisa menjawab pertanyaan ibu dengan seulas senyum.
“Arkan, Ibu paham apa yang kau rasakan sekarang, boleh ibu bercerita sedikit?” keadaan hening sesaat sebelum akhirnya Arkan menjawab “Iya bu, boleh” Jadi, Rasulullah adalah anak yatim piatu. Ayah Rasul wafat ketika Rasul masih di dalam kandungan sedangkan ibundanya wafat pada waktu Rasul berusia 6 tahun. Tapi meski begitu Rasulullah tetap tabah dan menjadi anak yang patuh dan berbakti. Suatu hari sebelum ibundanya wafat, Rasulullah pergi bermain dan menggembala kambing bersama anak-anak yang lain. Mereka bermain dengan ceria dan penuh semangat. Tanpa mereka sadari, sang raja siang perlahan menghilang. Kebiasaan anak-anak di Mekah, bila hari sudah mulai petang mereka menunggu kepulangan ayah mereka yang pergi mencari nafkah. Ketika itu Rasulullah berdiri menyendiri di bawah sebatang pohon kurma sambil menatap teman-temannya menghampiri ayah mereka. Ayah teman-teman Rasul datang menemui anak-anaknya. Mereka digendong oleh ayah mereka dan diberikan banyak makanan. “Muhammad, dimana ayahmu? Kami punya banyak makanan dari ayah kami. Engkau tidak punya ya?” tanya seorang anak dari kejauhan. Si anak itu dan yang lainnya bergegas pulang. Tinggallah Rasulullah sendiri dibawah pohon kurma, Rasul pun menitikkan air mata mengingat dirinya tidak pernah bertemu ayahnya. Setelah beberapa saat Rasulullah pulang menuju ke rumah, sesampainya dirumah Rasul menceritakan apa yang dialaminya kepada ibundanya.
“Arkan, meski Rasulullah tidak pernah bertemu dengan ayahnya, Rasul tetap berbakti dan terus mendoakan ayahnya. Rasulullah adalah anak yang begitu tabah dan kesabarannya juga luar biasa. Rasulullah adalah seorang anak yang jujur, amanah, tidak pernah berbohong, mulia serta begitu baik hatinya. Ibu yakin dan percaya kalau Arkan pasti bisa mengambil kesimpulan dan cerita Ibu tadi” terang Ibu kepadaku. “Bu, Arkan sudah mengerti. Meski Ayah sudah tidak ada, Arkan akan tetap berbakti dan terus mendoakan Ayah seperti yang Rasulullah lakukan. Walau Rasul sangat sedih tetapi Rasul tetap semangat, kan? Arkan juga akan menjadi anak yang baik, sabar, teguh, jujur, dan juga rajin seperti Rasulullah”. Jawabku penuh dengan keyakinan. “Ibu bangga, jika Arkan benar-benar meneladani dan menerapkan sifat-sifat Rasulullah. Ya sudah Ibu kembali ke dapur dulu ya ” Jelas Ibu kepadaku sambil berjalan ke dapur.
Mulai saat itu, seakan ada badai yang membangkitkan semangatku. Menuntunku untuk mengerti dan memahami setiap kondisi dengan benar, Aku yakin dan berambisi, bahwa yang terbaik itu terdapat pada Rasulullah.