Oleh: M. Hanafiyah, S.Pd
“Hari Guru”, menjadi momen yang ditunggu oleh sebagian besar guru dan murid. Bagi guru inilah hari teristimewa mereka. Lelah bergumul dengan peserta didik yang kadang merenggut semua kesabaran, sejenak hilang dengan perlakuan manis yang biasa disajikan pada hari ini. Sekedar ucapan “selamat hari guru” telah menerbangkan angan mereka ke puncak bahagia, konon lagi sebuah kado kecil yang diberikan penuh cinta, semua lelah setahun dulu musnah tak tersisa.
Kemuliaan hati guru begitu terpancar dari sikap dan cara mereka menyikapi kebaikan murid mereka walau hanya sekejap saja. Tanpa tedeng aling aling, senyum merekah mewarnai perayaan hari istimewa. Meski hanya sesaat, semua moment itu begitu berarti. Andai semua hari adalah hari guru, sungguh berbahagialah para insan yang telah mendarmakan diri untuk mendidik anak bangsa.
Hari guru hanya sehari, namun tugas guru tidaklah usai. Begitu banyak harapan terbeban dipundaknya. Rasa lelah kembali menyerang, tak jarang perasaan was-was menyelimuti setiap waktu yang terpaksa menghadapi beragam polah muridnya. Sebagai seorang guru harusnya mampu memaknai hari guru dengan menjadikan diri sebagai orang teristimewa. Menjadikan setiap hari adalah hari guru, sehingga setiap hari itu akan berharga.
Menjadi guru yang bahagia tidaklah mudah namun kita bisa belajar dari banyak orang yang menjalani hidup sebagai seorang guru teristimewa. Maha guru terbaik sepanjang masa Nabi Besar Muhammad Saw telah memberikan contoh bagaimana seharusnya menjadi seorang pendidik. Rasulullah sangat mencintai anak-anak dan berbuat baik kepada mereka. Cinta dan kasih sayangnya begitu nyata tergambar dalam sabda beliau: “Cintailah anak-anak dan sayangilah mereka.”
Begitu jelas dan tegas Rasulullah menyeru akan cinta dan kasih sayang. Dalam hadits yang lain Rasulullah pun bersabda: “Bukanlah termasuk golongan kami seseorang yang tidak menyayangi anak-anak kecil dan tidak menghormati yang lebih tua.”
Sebesar apa cinta dan kasih sayang kita kepada murid kita ? Hanya kita dan Allah saja yang tahu. Namun sebuah ungkapan mungkin menjadi penyemangat bagi kita untuk terus menebar cinta dan kasih sayang kepada mereka. “Kasih sayang bak pelita bagi hati. Barangsiapa melakukan sesuatu dengan cinta, maka ia telah menyinari kehidupannya dengan warna kemilau”.
Kasih sayang memberikan pengaruh timbal balik dalam hubungan antara guru dan murid. Ketika seorang guru, tidak mencintai anak didiknya maka bagaimana mungkin ia mampu mengarahkan dan membimbingnya. Imam Ja’far ash-Shadiq berkata: “Kasih sayang Allah begitu mengakar dan berbekas dalam diri manusia. Ketika Allah mencintai hamba-Nya maka Ia mengilhamkan ketaatan, menanamkan sifat kanaah (rela dengan segala pemberian Allah dan selalu merasa cukup) dan menjadikannya alim dalam urusan agama.”
Guru yang mampu mengimplementasikan cinta Allah dalam menjalin keakraban dengan muridnya secara benar dan mampu membangun komunikasi timbal balik yang sehat, biasanya mudah mengarahkan dan mendidik mereka. Jadikan cinta dan kasih sayang kepada murid sebagai upaya meraih cinta Allah.
Imam Shadiq As berkata: “Nabi Musa As berkata, wahai Tuhan amalan apa yang paling utama disisimu ? Ia berfirman: mencintai anak-anak; karena mereka saya ciptakan dengan fitrah keesaan-Ku”. Kasih Allah tidak pernah terbatas akan hambanya, terutama bagi mereka yang selalu menebar cinta dalam hidupnya. Sebagai mana Allah telah berfirman kepada Nabi Musa: “Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku.” (QS: Thaha 39).
Sebagai seorang insan teristimewa, mari kita meraih kebahagian setiap saat bersama murid kita dengan terus menebar cinta dan kasih sayang kepada mereka. Tidakkah kita bahagia ketika Allah memilih kita menjadi bagian dari setiap perubahan sikap dan tingkah laku murid kita menjadi lebih baik ? Tidak ada yang sempurna, tidak juga dengan kita apalagi mereka yang masih diusia mencari jati diri. Tugas dan tanggungjawab kitalah yang menjadikan mereka tumbuh menjadi anak anak yang selalu menebar cinta dan kebaikan dalam hidupnya.
“Selamat Hari guru untuk guru-guruku. Selamat hari guru untuk rekan-rekan guru Dayah Jeumala Amal. Selamat Hari guru untuk semua guru seluruh Indonesia”. Semoga kita mampu menjadi guru terbaik sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Amin ya Rabbal Alamin.
Penulis: Guru Madrasah Aliyah, Dayah Jeumala Amal