Minta Tolong (Part 3)

Oleh: Busra Idris, S.Pd (Guru DJA)

“Ustaaaaaaad……”

“Ustad Fachrizal….”

Saya melihat dia masih mencari sumber suara.

“di manaaaa??” jawab nya. Ah syukurlah.

“Ustaaaaaaad, lantai 3 Laaaabbbbb….”. sahut saya berteriak sekeras-kerasnya.

saya merasakan muka saya memanas mungkin juga memerah seperti kepiting rebus.

“Ngapain Disituuuuu?” Balasnya.

Aku ingin sekali menjawab, piknik. Tapi ku tahan di dalam hati sambil terus memperhatikannya menaiki tangga satu per satu melalui jendela.

Ku lihat beliau bergegas menaiki tangga sambil terus memperhatikanku di setiap langkahnya. “Sama siapa?” tanyanya tanpa jawaban dariku. Dia begitu terkejut ternyata seorang guru yang sedang terkunci, pikirnya tadi itu anak-anak. Dia bergegas berjalan tidak bisa menyembunyikan tawa renyahnya sambil membuka pacok pintu yang telah mengunciku secara misterius dari luar dan meninggalkanku sendirian di dalam Lab dengan penuh kepanikan.

 Aku pun ikut tertawa bodoh dari dalam ruangan. Merasa senang sekaligus konyol.

sebenarnya dari awal mula diriku menaiki tangga tadi sudah ada rasa-rasa merinding. Mungkin karena semua ruangan sudah kosong, anak-anak yang sudah kembali pulang ke asrama. Suara tetesan air dari kamar mandi, suara pintu yang tertiup angin membuat suasana semakin mencekam. Benar seperti Motto TNI “ragu-ragu mundur”, tapi diriku memilih untuk maju karena aku bukan TNI.

Keputusanku untuk maju dan terus menaiki tangga hingga ke lantai 3 demi memenuhi tanggung jawab saya sebagai pengguna Lab. Bahasa. Bila gurunya saja tidak bisa bertanggung jawab bagaimana kisahnya anak-anak didik kita nantinya. Salahnya saya tidak membawa telepon genggam bersama saya saat itu.  Ternyata telepon genggam sepenting itu zaman sekarang.

Keesokan hari nya saya baru tahu bahwa selama ini memang sering kehilangan sesuatu  secara janggal contoh nya gembok pintu lab, rantai pintu lab, keyboard  komputer lab. Sesuatu yang berhubungan dengan lab. Apakah alam Om Jin juga secanggih alam manusia?

Pengalaman saya ini benar -benar jadi pengalaman yang sangat berharga bagi saya dan rekan -rekan guru Dayah Jeumala Amal dan seluruh pembaca untuk lebih berhati -hati untuk memasuki ruangan apapun sendirian apalagi bila tidak membawa telepon genggam.

wallahu a’lam.

TAMAT.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *