Mengatasi Pandemi Ala Rasulullah

( Perfektif Teladan Rasulullah dalam Pengendalian Penyakit)

Oleh:  Pebri Nugrah Harahap (X-MIA-2)

Akhir Desember tepatnya di penghujung tahun 2019, dunia kedatangan tamu yang tidak pernah diharapkan kehadirannya. Sebuah penyakit mematikan dan bersifat menular muncul di kota Wuhan, Tiongkok. Hal ini menjadi awal petaka bagi umat manusia di seluruh penjuru bumi. Pada awal kemunculunnnya virus ini sempat tak dihiraukan, bahkan dokter yang pertama mengingatkan potensi penyebaran virus ditangkap oleh pihak otoritas  keamanan Tiongkok. 

Atas tuduhan penyebaran berita bohong, dua bulan setelahnya sebagian  Asia dan Eropa mulailah ditemukan pasien virus dimaksud. Seluruh dunia mulai ketar-ketir  membatasi dan memperketat penjagaan disetiap pintu gerbang. WHO-pun akhirnya memberikan istilah  covid 19 (Corona Virus Disease) dengan angka 19  merujuk tahun munculnya wabah ini,  2019.

Laju penyebarannya yang tidak terduga menyebabkan seluruh dunia melakukan karantina  dan berbagai upaya lainnya  serta penerapan protokol kesehatan untuk menanggulangi virus ini. Pemerintah Indonesia sendiri terus menggiatkan program vaksinasi sebagai usaha agar pandemi ini segera berakhir. Seperti diketahui, WHO telah mengajarkan  berbagai cara menghindari  penularan virus seperti mencuci tangan, menghindari kerumunan, menjaga jarak, mengurangi kegiatan di luar rumah dan tidak berkujung ke daerah yang tinggi terdampak penyebarannya.

Dari sini timbul pertanyaan, apakah kita tidak menyadari  bahwa semua  tata cara tersebut telah  lebih dahulu diajarkan Rasulullah, pribadi paling agung  bahwa Rasulullah mengajarkan kita  melalui sabdanya: jika mendapati  wabah  di tempat kalian, maka janganlah kalian meninggalkannya. Hal ini sekali laigi membuktikan bahwa segala sesuatu telah diatur dalam agama Islam, bahkan hal-hal kecil dan  jarang terjadi sekalipun Islam mengajarkan kepada seluruh umat manusia agar selalu waspada terhadap segala kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan yang fana ini, inilah salah satu hakikat Islam sebagai agama yang rahmatal lil alamin.

Hadis tersebut menjelaskan metode karantina yang telah diperlihatkan Nabi Muhammad untuk mencegah wabah menyebar ke wilayah-wilayah lain, untuk memastikan perintah tersebut dilaksanakan Nabi mendirikan tembok di sekitar deerah yang berkecamuk wabah dan menjadikan mereka yang bersabar dan tetap tinggal akan mendapatkan pahala sebagai mujahid di jalan Allah, sedangkan orang yang melarikan diri akan mendapatkan kebinasaan.

Selain hal tersebut, Nabi mengingatkan agar kaum muslimin berhati-hati terhadap penyakit lepra yang dikenal luas pada masa hidup Nabi. Rasul menasihati masyarakat dengan sabdanya, jauhilah oleh kalian  orang-orang yang terkena lepra seperti kalian menjauhi singa.  Nabi menggunakan kata singa sebagai perumpamaan  akan betapa berbahanya  jika kita mendekati penderita lepra. Menjahui bukan berarti  mengucilkan orang tersebut melainkan agar dapat kembali berinteraksi secara aman dengan si penderita

Salah satu bentuk pengamalan hadis Nabi yang termaktub di atas adalah ketika Khalifah Umar ibn Khatab sedang berada dalam perjalanan menuju negeri Syam, ditengah perjalanan tersebut sahabat mendapat informasi bahwa telah terjadi gejolak wabah di negeri Syam.  Khalifah bertanya tentang pendapat sahabat, umarpun akhirnya kenbali da tidak melanjutkan perjalanan ke negeri Syam. Mendengar keputusan itu, sahabat Nabi Abu Ubaidah bin Jarrah bertanya, wahai Umar kenapa engkau lari dari ketentuan yang Allah tetapkan, umat menjawab bahwa ia tidak bermaksud lari tetapi berpaling kepada qadrullah yang lain. Abduurahman bin ‘Auf pun mendukung rencana Umar untuk tidak melanjutkan perjalanan.

Pada saat itu negeri Syam lagi dijangkiti wabah yag menimbulkan 25 ribu korban  jiwa dari muslimin, beberapa sahabat menjadi korban dari wabah ini seperti Muaz bin Jabal, Abu Ubaidah bin Jarrah, Syurahbil bin Hasanah dan Fadhl bin Abbas. Hal ini harus menjadi ibrah bagi kita dalam menanggulangi wabah di msaa modern, dimana berbagai cara diajarkan para medis aman ini sebenarnya telah diperintahkan oleh Rasulullah. sebagai sosok yang sempurna dan teladan bagi kehidupan manusia.

Maka sangatlah tidak pantas beberapa media mrnghina, melecehkan dan mengolok-ngolok sang Rasul. Denga berkaca kepada Hadis nabi tentang penanggulangan bencana,  semoga benar-benar kita mengamalkannya dan semoga musibah Pandemi Covid 19 segera berakhir dan kita dapat kembali  hidup bersama  dalam suasana yang normal, kepada seluruh muslimin yang berpulang ke rahmatullah mari sama-sama kita doakan  agar semua amal  ibadahnya diterima disisi Allah Swt.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *