Belajar Disiplin dari Negara Jepang

Jepang telah menjadi negara maju dan diperhitungkan di Asia, banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dari negara ini. Hal inilah yang pernah dirasakan oleh salah seorang karyawan Dayah Jeumala Amal, Ustaz Mujiburrahman, akrab disapa dengan  Sensei yang berarti guru. Tim web DJA berhasil merangkum hasil wawancara bersama Sensei di Kampus II Dayah Jeumala Amal. Sensei Muji pernah melaksanakan magang di negara Jepang tahun 1999-2002, beliau juga tercatat pernah menjadi guru bahasa Jepang di dayah Jeumala Amal ketika baru pulang dari negeri matahari terbit itu. Beliau mengajar dengan penuh ceria, dan anak-anak sangat senang belajar bahasa Jepang, saat itu anak-anak ikut serta dalam berbagai even yang dilaksanakan di tingkat provinsi, bahkan pernah ada murid Jeumala Amal, Wahyu Munandar angkatan 2011 yang berangkat ke Jepang dalam even pertukaran pelajar.

Pengalaman Sensei di Jepang selama tiga tahun patut menjadi inspirasi hidup yang luar biasa. Di Jepang, masyarakatnya sudah terbiasa dalam hal kedisiplinan dan kegigihan dalam bekerja. Di sana Sensei merasakan musim salju karena tinggal di kota Nagano yang mejadi pusat bermain ski negara Jepang, sebagai catatan tidak semua tempat bisa dijadikan tempat bermain ski. Kota Tokyo misalnya tidak dirancang untuk bermain ski. Ada juga kereta api cepat yang disebut  shinkanseng dengan gesekan magnet dan kerepa api bahwa tanah disebut chika tetsu menjadikan transportasi semakin mudah. Hal ini menjadikan  kota Tokyo benar benar menjadi kota maju dan super sibuk.

Dari negara Jepang, kita mesti belajar  budaya saling menghargai sesama hingga hal yang paling kecil. Di Jepang para buruh sangat dihargai, mata uang yang paling kecil begitu berharga, hal ini terlihat dalam setiap transaksi. Orang Jepang mesti memikirkan apa yang harus di makan besok, hingga timbul budaya kerja keras. Bagi orang tua ia akan dipersiapkan untuk tinggal di panti jompo dengan menikmati uang pensiun. Budaya selanjutnya adalah kejujuran manakala berada di tempat umum, di dalam angkutan dan jalan raya.

Masyarakat Jepang selalu menjalankan kaidah; tulis apa yang kamu kerjakan; anata ga shite iru koto kaite kudasai dan kerjakan apa yang kamu tulis; anata ga kaku koto suru. Misalnya ada tulisan;  dilarang parkir, maka masyarakat Jepang akan taat dan patuh. Orang Jepang selalu menerapkan kaidah; jangan membenarkan yang biasa; heibon o seitoka shinai de kudasai. Tapi biasakanlah yang benar; shikashi nareru. Merokok bagi orang Jepang punya tujuan  tersendiri, rokok di maksudkan untuk menghangatkan badan di tengah musim dingin. Budaya antri selalu dibiasakan karena mobil angkutan beroperasi secara teratur dan menyesuaikan dengan  musim. Satu lagi, istilah  janji adalah utang, kaidah ini telah menjadi pameo bagi penduduk Jepang. Jika bekerja sangat profesional, waktu istirahat 15 menit maka dimanfaatkan dengan baik. Tidak ada bunyi klakson kecuali dalam keadaan darurat.

Di sisi lain,  hidup di Jepang penuh individualis, hidup  seakan dipersembahkan  hanya untuk bekerja. Dari sini terlihat bahwa keselamatan kerja sangat diperhatikan, mereka memiliki istilah am zen  dai ichi yang berarti utamakan keselamatan kerja. Di Jepang huruf yang dipakai ada tiga jenis yaitu,  Hirakana, Katanaka dan Kanji. Hirakana digunakan untuk menulis bahasa Jepang asli, semantara Katakana digunakan untuk menulis bahasa asing atau istilah asing, sedangkan Kanji merupakan huruf dasar dari China yang mengandung satu makna, sementara dalam dunia pendidikan  berbahasa Jepang dipakai huruf Hirakana.

Memahami budaya masyarakat Jepang seperti kejujuran, disiplin dan rasa malu, maka tradisi korupsi kecil kemungkinan untuk dilakukan. Ditambah lagi dengan budaya maaf yang sudah mendarah daging.  Bagi orang Jepang, agama bukanlah hal yang sakral, maka tidak heran dalam sebuah keluarga ada berbagai macam agama. Usia produktif orang Jepang tergolong tinggi, hal ini disebabkan karena pengaruh pola hidup sehat dengan mengosumsi buah dan sayur. Perlu diketahui jika di Jepang tidak ada pengemis. Orang Jepang gemar meminum minuman keras  khas Jepang seperti jenis sake, yang digunakan untuk menghangatkan badan.  Menariknya walaupun Jepang tergolong negara aman, mesin ATM tidak buka 24 jam. Sensei menyebutkan bahwa Jepang adalah surga dunia, sangat aman dan nyaman utuk ditinggali. Seandainya penduduk Jepang memeluk Islam,  maka mereka akan menjadi muslim yang sangat hebat karena budaya Islam sudah melekat dalam kehidupan mereka. Semoga sukses dan berkah selalu untuk Sensei Muji. Arigatou Gozaimasu!

Sensi Muji Bermain Ski di Kota Nagano, Jepang. Foto: Koleksi Pribadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *