Etika Bermedia Sosial 

Oleh : Azmi Abubakar

Pengajar Sejarah Kebudayaan Islam Di Madrasah Aliyah Dayah Jeumala Amal

Manusia sebagai makhluk sosial mesti selalu melakukan interaksi dengan sesamanya. Dalam Islam  Interaksi manusia tersebut dibatasi dengan adab adab yang mesti dijaga dengan baik diantaranya sifat saling menghargai dan menghormati,  kejujuran, sifat merangkul, kepedulian dan  mengutamakan nilai persaudaraan. 

Hari ini interaksi tersebut telah meluas hingga media sosial seperti facebook, twiter, Instagram dan tiktok. Interaksi di dunia Maya atau media sosial pada prinsipnya juga mengusung nilai nilai interaksi. Mengutamakan kehati hatian, pencegahan dari pada penipuan. 

Dari sini interaksi media sosial memiliki adab yang mesti diperhatikan, ada tanggung jawab kolektif untuk berbagi informasi, ada kehatia hatian dalam memberikan informasi. Media sosial ibarat pisau, jika digunakan untuk kebaikan ia akan memiliki nilai manfaat sebaliknya jika digunakan untuk kejahatan ia sungguh berbahaya dan mengancam nyawa orang lain. 

Oleh karenanya penggunaan media sosial selalu menjaga kehati hatian dalam komentar, membagikan informasi. Setiap informasi yang datang mesti terlebih dahulu melewati pengecekan bahwa informasi tersebut benar. 

Allah berfirman dalam surah Al Hujurat ayat 6: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.

Dalam tafsir Wajiz, Syeh Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa ayat ini memberikan tuntunan kepada kaum muslim agar berhati-hati dalam menerima berita terutama jika bersumber dari orang yang fasik. Perlunya berhati-hati dalam menerima berita adalah untuk menghindarkan penyesalan akibat tindakan yang diakibatkan oleh berita yang belum diteliti kebenarannya. 

من صحة النبأ قبل ترتيب الآثار عليه، خشية أن تصيبوا قوماً أبرياء بسوء أو مكروه، فتصيروا على ما فعلتم من الخطأ الحقيقة وتثبتوا نادمين مختمين، متمنين أنه لم يقع نزلت في الوليد بن عقبة بن أبي معيط ، بعثه رسول الله الله إلى بني المصطلق. مصدقاً ( يأخذ الزكوات الغنم) فلما سمعوا به ركبوا إليه، فخافهم ورجع ، وقال : إن القوم هموا بقتلي، ومنعوا

(Syeh Wahbah Zuhaili, Tafsir Wajiz, ala Hamisy Quranil Adhim, Darul Fikri,  h. 516). 

Regulasi tentang media sosial juga sudah ada supaya terjaminnya kemaslahatan bagi setiap warga negara. Sebaliknya pengguna media sosial  perlu menghidupkan diskusi yang sehat dan membangun sehingga ada ide ide yang konstruktif yang bisa diambil. 

Salah satu kitab yang mengupas tentang penjagaan interaksi ini  adalah kitab Imam Al Gazali Bidayah Al hidayah yang kemudian disyarah oleh syeh Nawawi Al Bantani dengan kitab Maraqi Al Ubudiyah. Bagian kedua dari kitab ini Imam al Gazali menjelaskan cara-cara meninggalkan maksiat, seperti maksiat zahir dengan  menjaga mata, telinga, lidah, perut, kemaluan, dua tangan dan dua kaki. 

Di bagian ketiga dari kitab ini Imam Al Gazali menjelaskan  adab-adab larangan dan hubungan dengan Allah Swt dan dengan makhluk. Diantaranya adab dengan seluruh manusia, adab dengan orang yang tidak dikenal, adab dengan sahabat karib dan adab dengan orang yang dikenali. (Syekh Nawawi Al Bantani, Maraqi Al Ubudiyah ala matan bidayah Al hidayah Li imam Al Gazzali,  Darul Kutub Al Ilmiyah, 1971). 

Pejelasan dalam kitab ini sangat relevan dengan konsteks hari ini, dimana kita selalu berinteraksi dengan jagad maya, bertemu dan saling terhubung dengan kawan lama dan bahkan orang yang tidak dikenal.  Berkaitan dengan masalah ini, Imam Ghazali dan Syekh Nawawi menuliskan beberapa syarat atau adab dalam persahabatan atau memilih teman. Di dalam kitabnya ini, Syekh Nawawi menyebutkan setidaknya ada dua hal besar yang harus diperhatikan dalam pergaulan.

Pertama, perhatikan terlebih dahulu tata cara berteman dan memilih teman yang baik, agar kita tidak ikut terjerumus dalam perbuatan yang tidak baik. Kedua, kewajiban yang harus dipenuhi dalam berteman. Imam Al-Ghazali mengatakan, bila engkau mencari teman untuk dijadikan teman dalam menuntut ilmu, serta urusan keagamaan dan duniawi, maka perhatikanlah lima hal. Pertama, pintar. Berteman dengan orang yang pintar akan membawa kita menjadi makin pintar. Sebaliknya, berteman dengan orang yang bodoh, akan membuat diri kita menjadi bodoh. Dan kata imam  al-Ghazali tidak ada manfaatnya berteman dengan orang bodoh.

فَلَا خَيْرَ فِي صُحْبَةِ الْأَحْمَقِ  ، فَإِلَى الْوَحْشَةِ وَالْقَطِيعَةِ يَرْجِعُ آخِرُهَا ، وَقَدْ يَضُرُّكَ وَهُوَ يُرِيدُ أَنْ يَنْفَعَكَ , وَالْعَدُوُّ الْعَاقِلُ خَيْرٌ مِنَ الصَّدِيقِ الْأَحْمَقِ

(Bidayah Al hidayah Li imam Al Gazzali,  Darul Minhaj, Beirut, 2004. h. 243). 

Ali bin Abi Thalib berkata, ”Janganlah berteman dengan orang bodoh, karena engkau akan celaka.” 

وَلَا تَصْحَبْ أَخا الْجَهْلِ وَإِيَّاكَ وَإِيَّاهُ

Kedua, memiliki akhlak yang baik. Berteman dengan orang yang berakhlak baik, akan mengantarkan kita menjadi orang baik. Dia akan senantiasa memberikan nasihat yang baik dan melarang kita melakukan perbuatan maksiat.

فَلَا تَصْحَبْ مَنْ سَاءَ خُلُقُهُ  ، وَهُوَ الَّذِي لَا يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ وَالشَّهْوَ

(Bidayah Al hidayah Li imam Al Gazzali,  Darul Minhaj, Beirut, 2004. h. 245). 

Kedua hal ini sangat relevan jika dipraktikkan juga dalam interaksi di media sosial hari ini. Perlu bagi pengguna media sosial untuk berada di lingkaran orang orang baik, dari sana ia akan mendapatkan kebaikan juga. Merangkul dan berteman dengan kelompok manapun dengan saling menghargai dan menghormati. 

Hal lain yang mesti diperhatikan adalah  menjaga diri dari berita  hoaks, dan  fitnah.   Media sosial harus digunakan dalam rangka  saling menghargai dan  mengemukakan pendapat tanpa melukai orang lain atau kelompok. Dalam sebuah syair dikatakan: 

يَمُوْتُ الْفَتَى مِنْ عَثْرَةٍ مِنْ لِسَانِهِ 

                          وَلَيْسَ يَمُوْتُ الْمَرْءُ مِنْ عَثْرَةِ الرِّجْ 

Artinya: Seseorang akan mati disebabkan ketergelinciran lidahnya # dan tidaklah seseorang mati disebabkan terpeleset kakinya.”

(Syekh Nawawi Al Bantani, Maraqi Al Ubudiyah ala matan bidayah Al hidayah Li imam Al Gazzali,  Darul Kutub Al Ilmiyah, 1971.h. 73). 

Terakhir para pengguna media sosial juga mesti meluruskan niatnya. Karena niat adalah ketetapan hati untuk melakukan sesuatu. 

Termasuk disini berniat untuk meninggalkan segala maksiat yang ditimbulkan dari interaksi di media sosial.  Adanya tujuan meninggalkan maksiat (قصد الامتسال) dengan menahan diri akan mendatangkan pahala dari Allah Swt. (Syekh Isa Al Fadani, Fawaid Al Janiyah, Dar Al Fikr. h.131).

Dalam interaksi  bermedia sosial, salah satu anggota tubuh yang harus dijaga dan ditahan  adalah dua tangan. Imam Algazali mengingatkan untuk berhati hati dalam menulis, karena tangan diibaratkan seperti lisan yang berbicara. Jangan sampai tangan kita menulis sesuatu fitnah dan memperkeruh keadaan. 

وَأَمَّا الْيَدَانِ : فَاحْفَظْهُمَا عَنْ أَنْ تَضْرِبَ بِهِمَا مُسْلِماً ، أَوْ تَتَنَاوَلَ بِهِمَا مَالاً حَرَاماً ، أَوْ تُؤْذِيَ بِهِمَا أَحَداً مِنْ خَلْقِ اللَّهِ تَعَالَى ، أَوْ تَخُونَ بِهِمَا مُسْلِماً فِي أَمَانَةٍ أَوْ وَدِيعَةٍ ، أَوْ تَكَتُبَ بِهِمَا مَا لَا يَجُوزُ النُّطْقُ بِهِ ؛ فَإِنَّ الْقَلَمَ أَحَدُ اللِّسَانَيْنِ ، فَاحْفَظِ الْقَلَمَ عَمَّا يَجِبُ حِفْظُ اللِّسَانِ عَنْهُ .

(Bidayah Al hidayah Li imam Al Gazzali,  Darul Minhaj, Beirut, 2004. h. 203). 

Mari terus  bertanggung jawab sebagai warga Digital di media sosial dan berpartisipasi aktif dalam menciptakan lingkungan online yang baik. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *