Belajarlah untuk Menulis Agar Tidak Terkikis

Oleh: Ustadz Dzuljalali (Wali Kamar DJA yang sedang melanjukan studi di Sudan)

Menulis bukanlah hal yang asing, karena ia sudah diajari sejak dini, bahkan saat kelas 1 Sekolah Dasar. Belajar huruf demi huruf kemudian menjadi kalimat yang berfaedah alias bisa dibaca. Tentu guru akan sangat senang saat murid asuhannya bisa menulis beberapa kata walau tulisannya masih sangat berantakan dan tentunya masih jauh dari kata bagus.

Namun, seiring berjalan waktu serta didukung oleh kemauan dan tekad yang kuat, kualitas sebuah tulisan itu semakin jelas dan semakin meningkat. Beberapa diantara kita mungkin masih menyimpan tulisan itu di dalam lemari, kadang buku tersebut menjadi usang. Sesekali saat kita membuka lembaran-lembaran itu, rasa gembira ketika melihat coretan itu menjadi bukti nyata bahwa kita pernah belajar dan berusaha untuk menulis.

Ternyata menulis tak hanya diperlukan saat masih sekolah, bahkan hingga dewasa sekalipun menulis tidak akan terpisah dari kehidupan. Tulisan itu menjadi bukti bahwa kita pernah ada pada masanya alias pernah hidup. Sangat banyak motivasi-motivasi yang menyuruh kita untuk menulis berbagai hal dengan berbagai macam keilmuan. Hal itu dikarenakan menulis bisa menjadi wasilah atau sebagai media yang memudahkan orang lain memahami sebuah perkara.

Mengutip salah satu kalimat bijak dari sastrawan legendaris Indonesia, Pramoedya Ananta Toer mengatakan, “orang boleh saja pandai setinggi langit, tapi selama tidak menulis, maka ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah, karna menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Dan masih banyak lagi motivasi-motivasi lainnya yang memerintahkan kita untuk menulis. Bagi yang sedang atau pernah belajar di Pesantren, tentu tidak asing dengan kata pepatah berikut:

العلم صيد وكتابة قيده
Ilmu itu (seperti) binatang buruan, dan tulisan adalah pengikatnya

Banyak ulama-ulama terdahulu yang sering menulis. Mereka tahu bahwa ilmu bukan hanya yang dihafal, ia juga berupa amal jariah dan karya yang dapat dipelajari oleh umat setelah mereka. Buku-buku yang kita baca hari ini adalah hasil dari karya mereka yang menandakan bahwa mereka pernah hidup dan pernah berkarya demi kemaslahatan umat sesudahnya. Tanpa karya ulama terdahulu, mungkin kita masih terlena dengan masa disebabkan tidak ada referensi untuk dibaca dan dipelajari.

Saat menghadiri sebuah seminar, kita akan melihat para pakar yang sudah mapan dalam ilmu pengetahuan, tetap menulis catatan kecil agar mereka tidak pulang dengan sia-sia tanpa mendapatkan pengetahuan apapun. Catatan kecil itulah yang kemudian dipelajari dan dikembangkan hingga menjadi sebuah artikel yang menarik untuk dibaca. Menulis membutuhkan proses yang panjang, tentu tulisan yang indah akan terbentuk dari usaha-usaha yang konsisten dan terus berkalanjutan.

Akhirnya, perkara apapun itu, tulislah! Karena bakat untuk menulis itu bukan turunan dari keluarga sebelumnya, melainkan karena kemauan dan kebiasaan. Bahkan seorang penulis besar sekalipun tidak punya ramuan khusus untuk menjadi penulis yang hebat tanpa sebuah kebiasaan!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *